1.
Pendahuluan
Lombok
(penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda
Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di
sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang
lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya
kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil
daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat
Lombok menandai jalan masuk dari pemisah biogeografis antara fauna di wilayah
Indomalay dan perbedaan fauna yang sangat jelas di Australasia dikenal dengan
Wallace line, diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace.
Pemetaan
pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano Gunung Rinjani, yang mencapai tinggi
3.726m (12.224 kaki), yang membuat Gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi
ketiga di Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani, Anda akan menemukan hutan hijau
yang rimbun, sawah dan air terjun yang indah.
Pusat
keramaian yang paling berkembang di sebelah barat adalah Senggigi, tersebar 30
kilometer sepanjang jalan pantai disebelah utara Mataram, Sementara para divers
biasanya berkumpul bersama di Gili, yang berada di pantai barat.
Bagian
selatan dari pulau Lombok adalah tanah yang subur dimana jagung, kopi, tembakau
dan kapas tumbuh. Salah satu tujuan wisata yang populer adalah Kuta, terkenal
dengan pantai yang belum tersentuh dan beberapa orang menganggap pantai ini
adalah salah satu tempat berselancar terbaik di dunia.
Dalam
total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat 2.950.105 orang (2005), 85%
adalah suku Sasak, yang awalnya diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad
sebelum Masehi. Sejak populasi suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di
pulau Lombok mulai banyak dipenuhi dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di
desa tradisional suku Sasak, Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan
budayanya yang unik. Penduduk lain termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya
adalah orang Cina, Arab, Jawa dan Sumbawa.
2.
Sejarah awal mula
Era
Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data
dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah
Lombok ini.
Suku
Sasak temasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama
2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai
sejak 4.000 tahun yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar pulau sudah
aktif sejak zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi
antarbudaya juga telah menyebar.
Lombok
Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kita Negarakertagama, sebuah
kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata
“Lombok” dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti
permata, kata “sasak” berarti kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau
yang utama. Maka arti keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan
yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan
leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang
harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children). Dalam kitab
– kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi .
Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau
selapawis.
Asal-usul
penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu kata
“sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah” yang berarti
pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang
Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang
Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut
Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.
Sasak
traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku Sasak
merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga
menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan,
Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi,
Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk
seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok
dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang
Sasak.
Sejarah
Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang
terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerajaan di Lombok
maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan di luar pulau Lombok.
Perkembangan era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti
Selaparang Hindu, dan Bayan. Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di
tundukan oleh penguasa dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah Mada di
abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.
Antara
Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa
dan tulisan. Jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu
Jawa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang
kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun
kerajaan di Lombok. Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok
hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali
sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lombok dalam waktu yang cukup lama.
Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum
pendatang. Hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran
dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil
dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil
dan meminjam sehingga terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling
melengkapi.
Gumi
Sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang
melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Ada beberapa versi masuknya
Islam ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang pertama berasal dari Jawa
dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur. Yang kedua peng-Islaman berasal
dari Makassar dan Sumbawa. Ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan
ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan
Lombok tengah.
Mayoritas
etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam
juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti
wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan
wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat
Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok,
hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok
saja khususnya di kota Mataram.
Silih
bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain
membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai
bentuk dari Pertemuan (difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti
dalam hal kesenian, bentuk kesenian di Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan
pendatang saling melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang
paling terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan
pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar terhadap
perkembangan kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi
dari pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, yang merupakan pengaruh
Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang
merupakan pengaru Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan
Rebana.
3.
Kajian tentang kerajaan-kerajaan di Lombok
Di
antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari
Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau
Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan
bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan
diperintah oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru
muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam
perdebatan.
Secara
selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa dirunut
sebagai berikut, dengan catatan bahwa ini bukan satu-satunya versi yang
berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan,
posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya,
kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah
kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang.
Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani
meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para
penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut
menandai berakhirnya kerajaan Pamatan.
Setelah
Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera.
Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung
berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah,
kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit
pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke
dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar
dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam
perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Berkaitan
dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode
Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi
kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung
dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan
oleh pasukan gabungan kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Sebelum
Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha
Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17,
lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh
Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan
agama di suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada
awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan
Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang
mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di
temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel
setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur)
dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa
prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur,
terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang
penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.
Uraian
di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut
benar-benar ada, pernah berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana
informasi selanjutnya, seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan
keluarga istana saat itu? Data sejarah yang ada belum banyak mengungkap fakta
tersebut.
Menurut
Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih berarti mengenai kerajaan-kerajaan di
Lombok dimulai dari masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah
pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai
bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera
Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri
perkembangan daerah taklukannya.
Menurut
Djelenga, ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali.
Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara,
yaitu: kerajaan Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko
di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut,
terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta
beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan
Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika
Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang
merdeka.
Di
antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling
terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan
ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air
tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumber air menyebabkannya
banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang, Banten,
Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan Lombok
berkembang dengan cepat.
Kedatangan
Penjajah Belanda
Belanda
telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak
imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di
nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur
perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur
selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai
Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi
kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan
Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi
Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak
dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel
tahun 1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel
tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan
melepaskan kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama,
karena masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
Untuk
mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama
dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni,
akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang
tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian
dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak dekat
pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol dari dekatnya
hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi
kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan seluruh daerah
kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa
tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui
kegagalan.
Walaupun
Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum
sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri
dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan.
Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian Selaparang menempatkan sepasukan kecil
tentara untuk menjaga perbatasan di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata,
kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat
serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan
Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh.
Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok.
4.
Kehidupan Sosial Budaya
Di
masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu,
kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai
dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat
kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang
berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Dengan
bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan
Selaparang banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa
kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama,
Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak
menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para walisongo. Salinan dan adaptasi
tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan
Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan
diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak
Yatim.
Kajian
yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar tersebut akan mampu mengungkap
kondisi sosial, budaya dan politik masyarakat Lombok pada saat itu. Dalam
bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap
seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta berarti gading
gajah, artinya, apabila dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti
berarti ludah, artinya, apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin
dijilat lagi; Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin
mekar dua kali; Warsa artinya hujan, artinya, apabila telah jatuh ke bumi,
tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya, seorang raja atau
pemimpin hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar tidak melakukan
banyak kesalahan.
Demikianlah,
Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian,
sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan
budaya di negeri ini cukup semarak dan berkembang.
5.
Suku di Lombok (suku Sasak)
Jika
diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan
orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang
tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
|
|
|||||
Bukti
otentik suku Sasak
Beberapa
minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik
asal usul suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut
berupa silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing
Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari bukti otentik tersebut,
jelaslah terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya
berasal dari Jawa.
Bahasa
Bahasa
Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa
dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara
pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Menurut
Ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan
keluarga (Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear
MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak. Sementara kalau kita perhatikan secara
langsung, bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik
dialek (cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa
menunjukkan banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya
bahasa Sasak yang ada di lombok Timur, walaupun secara umum bisa
diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok
Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian
Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan). Dari aspek bahasa, Papuk Bloq,
bisa jadi berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine (
Austronesian), atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi). Semoga Dewan Adat Sasak
segera menerbitakan buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.
6.
Kehidupan Spiritual di Lombok
Pengaruh
Hindu – Buddha
Ajaran
Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para imigran dari Pulau Bali sejak permualaan
abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang
juga disebut Siwa-Buddha. Menurut Sartono Kartodirjo (1975).
|
Memasuki
abad ke 17 (1600an), secara bergelombang imigran dari Karang Asem- Bali datang
ke Pulau Lombok untuk membuka lahan pertanian dan mendirikan pemukiman.
Penduduk baru ini datang, selain karena kerajaanya diganggu oleh kerajaan kerajaan
tetangganya di Bali, juga karena wilayah tofografinya kurang menguntungkan
untuk pertanian, dengan kawasan tanah perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu
dikenal dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung Pengsong), Pagutan, Pagesangan,
dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet (di Senggigi).
Pengaruh
Islam
Pada
awal mula masuknya agama Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang
menganut Animisme, tapi datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan
Prapen maka beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai
sekarang.
Dalam
hal penyebaran agama islam, mula-mula peranan para sufi sangat menentukan
disamping para pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Para sufi itu datang
dari Pulau Jawa yang banyak membawa pengaruh dari Wali Songo. Kemudian menyusul
dari ajaran-ajaran tarekat syaikh Yusu Makassar, dll. Dari sumber ajaran Syaikh
Yusuf, ada yang diterima langsung pada saat beliau berada di Banten atau dari
para pengikut pengikutnya di Nusantara. Sedangkan dari syaikh yang lain diterima
langsung di Makkah pada saat para tuan guru dari Lombok, melaksanakan ibadah
haji dan bermukim disana beberapa tahun untuk memperdalam ilmunya.
Para
Sufi yang menyebarkan Islam yang berasal dari pengaruh Wali Songo meninggalkan
kelompok masyarakat yang kemudian disebut Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk
membedakannya dengan yang lain, yang telah mengalami proses Islamisasi, yaitu
Islam Waktu Lima.
Ketika
Raja Lombok Prabu Mumbul meninggal dunia, ia digantikan oleh Prabu Rangkesari.
Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Ratu Giri yang bernama
Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk melakukan Islamisasi.
Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya Raden Paku (Sunan Ratu
Giri) dari Gresik untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
Pangeran
Prapen melakukan Islamisasi di Lombok dengan kekuatan senjata. Setelah
orang-orang Lombok masuk Islam, ia kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima
dan Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama
asal, paganisme. Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang belum
memeluk Islam, sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama
asal.
Setelah
berhasil mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke
Lombok. Dengan bantuan Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian
menyusun gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai
kesuksesan. Seluruh pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali di beberapa
tempat. Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir ke
gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan.
Selain
Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang terjadi di masa pemerintahan Prabu
Rangkesari adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari Labuhan ke desa Selaparang.
Pemindahan ibukota ini merupakan inisiatif Patih Banda Yuda dan Patih Singa
Yuda, dengan alasan, letak desa Selaparang lebih strategis dan aman dibanding
Labuhan. Dengan berpindahnya Kerajaan Lombok ke Selaparang, maka, kemudian
kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
Dalam
uraian sebelumnya dikemukakan bahwa, Kerajaan Selaparang terbagi dua periode
yaitu (1) periode Hindu dan, (2) periode Islam. Tampaknya, yang dimaksud dengan
periode kedua Kerajaan Selaparang (periode Islam) adalah Kerajaan Lombok yang
memindahkan ibukota ke Selaparang, sehingga disebut Kerajaan Selaparang.
Kerajaan
Lombok atau Selaparang ini terus berkembang, sehingga Kerajaan Gelgel di Bali
merasa mendapat saingan. Karena itu, Gelgel yang merasa sebagai pewaris
kebesaran Majapahit kemudian menyerang Lombok (Selaparang) pada tahun 1520 M.
Namun, serangan ini berhasil digagalkan oleh Selaparang. Dalam perkembangannya,
Kerajaan Gelgel sendiri kemudian juga mengalami kemunduran.
7.
Pariwisata di pulau Lombok
Kalau
kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali,
Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq
orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku
Sasak.
Pulau
Lombok yang memiliki luas 473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan
wisata alam semata. Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan
pantai Senggigi yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan
deburan ombak kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak
wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara menyinggahinya.
Lombok
dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai
dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krismon dan krisis-krisis
lainnya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000
terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga
terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke
pulau Bali.
Berikut
beberapa objek wisata di Lombok yang sayang dilewatkan. Diantaranya:
1)
Wisata Alam
a)
Mataram dan Cakranegara
Kota
Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram
terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram,
Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota
Mataram terletak pada 08° 33’ – 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’
Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat
pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang
dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.
Keberadaan
berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara
Internasional Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat
perbelanjaan, dan jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan
propinsi inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram
menjadi kota pariwisata. Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten
Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok
Barat di pindahkan ke Giri Menang Gerung.
b)
Narmada
Taman
Narmada, 11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun 1727 oleh Raja
Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang indah sekaligus tempat
untuk memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anakan,
danau kawah dari gunung berapi Rinjani dimana mereka biasanya melakukan
pemujaan dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan
orang-orang yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka
membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat
tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.
c)
Pura Lingsar
Pura
ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim
datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat
Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878
untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak
Muslim di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah
Islam Wetu Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di
belakang permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di
halaman pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.
d)
Pura Agung Gunung Sari
Pura
besar ini berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira empat kilometer
dari Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang terjadi pada 22 November
1894 antara putra mahkota terakhir dari pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan
pengikutnya dengan para tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der
Vetter.
e)
Sukarare
Ini
adalah desa tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan
Cakranegara. Lombok terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang indah.
Penduduk di desa ini telah mewarisi kerajinan ini secara turun temurun dari
generasi ke generasi.
f)
Sengkol, pujut dan Rambitan
Waktu
sepertinya tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian selatan Lombok,
yang menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh rumah dan bangunan
dibangun dengan gaya tradisional kuno dimana kehidupan mereka seakan-akan tidak
mengikuti perubahan jaman. Padang gersangnya yang luas terlihat mengesankan
dalam ketandusannya.
g)
Pantai Batu Bolong
Terletak
9 km dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar yang memiliki
lubang di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat Lombok dan di
seberangnya terlihat garis batas Gunung Agung, Bali. Setelah berjemur, bersantai
dan bersenang-senang di pantai yang indah, cobalah untuk menunggu sampai sore
untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah
anda lihat ketika matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung
dengan warna-warnanya yang berkilauan.
h)
Taman Mayura
Taman
Mayura adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang
dibangun oleh Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah kolam besar
terdapat bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya dipergunakan sebagai
pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan. Anehnya, arsitektur bangunan
tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan juga Islam, sedangkan di sekitar
tempat itu, patung dibuat dari batu dengan nuansa haji.
i)
Pura Meru
Peninggalan
Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara,
dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan
Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan
juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk
berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura
utama.
j)
Pantai Kuta
Dikenal
juga dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di pantai bagian
selatan Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia yang mempunyai
pemandangan indah dan belum tersentuh. Dari Kuta menempuh jarak 5 km menuju
Tanjung Aan, sebuah bentangan pasir putih di Samudera Hindia. Di sini tempat
yang aman untuk berjemur dan berenang. Lebih jauh kea rah barat adalah pantai
tempat untuk para peselancar. Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh
pada kalender suku Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai
Kuta menjadi ramai dengan berbagai macam festival.
Para
nelayan berlayar ke laut sementara para pemuda pemudi berkumpul di pinggir
pantai untuk menikmati pesta, sambil menggoda satu sama lain dan mungkin bisa
berlanjut ke hubungan yang lebih serius.
k)
Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
Gili,
dalam bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak berdekatan di
barat laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan batu karang yang
indah. Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai dengan 10 hingga 15
menit dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal, dekat Pamenang.
l)
Pantai Senggigi
Senggigi,
di selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer
di pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang
tumbuh di pinggiran pantai.
m)
Gunung Rinjani
Gunung
Rinjani, gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah satu dari
gunung tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera yang membentuk
danau kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh tebing-tebing yang
curam. Gunung ini populer di kalangan para pendaki. Sembalun Bumbung dan
Sembalun Lawang adalah dua desa tradisional Sasak di kaki Gunung Rinjani.
n)
Tepas, Sumbawa
Sebuah
desa di kaki gunung Batu Lante, 60 kilometer arah selatan Sumbawa Besar, dimana
rumah-rumah di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional.
o)
Gunung Tambora, Sumbawa
Gunung
berapi Tambora dengan ketinggian 2.820 meter ini sudah tidak aktif lagi
sekarang. Terkenal dengan letusannya yang dahsyat pada 5 – 15 Juli 1815 dimana
puing-puing berjatuhan, gas panas dan aliran lahar membunuh lebih dari 12.000
orang. Lebih dari 44.000 orang meninggal kelaparan diakibatkan oleh letusan
tersebut. Di puncak gunung ini, kaldera besarnya sekarang terdapat dua danau
yang warnanya berbeda. Dari lingkaran kawah, terlihat pemandangan dari pulau,
laut, Gunung Rinjani, dan pulau Lombok di kejauhan yang indah. Gunung ini
menempati hampir seluruh semenanjung Sanggar.
p)
Pulau Moyo
Pulau
Moyo, di muara teluk Saleh, mempunyai cagar alam dengan banteng liar, rusa,
babi hutan dan berbagai variasi spesies burung. Untuk datang ke pulau ini lebih
baik dilakukan pada saat musim panas yaitu antara bulan Juni hingga Agustus.
q)
Bima, Sumbawa
Istana
kesultanan Bima sekarang sudah dijadikan Museum. Desa Dara berjarak dua
kilometer dari Kota Bima yang berada di sebelah timur Sumbawa, dipercaya adalah
tempat kerajaan Bima di masa lampau.
r)
Sape, Sumbawa
Para
pembuat kapal membuat kapal layar secara tradisional di kota pelabuhan di
pantai timur Sumbawa. Sape adalah tempat keberangkatan yang lebih dekat untuk
perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kadal Komodo prasejarah berada.
s)
Pantai-pantai
Pantai
lain yang juga bagus bias anda jumpai di Talolai dan Hangawera di bagian utara
Bima dan Lunyuk di pantai selatan Sumbawa.
t)
Pantai Hu’u (Kabupaten Dompu)
Pantai
pasir putih yang indah terletak di Samudera Hindia. Pantai ini terkenal dengan
ombaknya yang besar dan panjang yang bagus untuk berselancar. Pantai ini
dikelilingi oleh panorama yang cantik. Jaraknya apabila ditempuh dari Dompu
sekitar 37 km, bisa ditempuh menggunakan mobil, dan di sini terdapat akomodasi
yang simpel untuk para pengunjung.
u)
Pantai Ule (Kabupaten Bima)
Pantai
yang tenang dengan pasir putih yang indah terletak di teluk Bima dengan pulau
kecil yang indah yang disebut Pulau Kambing. Di sini terdapat kolam ikan dan
pohon garoso (buah tropis) di sepanjang pantai. Orang lokal biasanya
menghabiskan liburan mereka di sana.
v)
Pantai Wane (Kabupaten Bima)
Terletak
60 km dari kota Bima dan bisa ditempuh dengan mobil. Pantai ini memiliki pasir
putih dan ombak yang besar, cocok untuk berselancar.
2)
Wisata sejarah
Di
pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi
tempat-tempat bersejarah peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti di
wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat bekas peninggalan kerajaan Islam
terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan Islam Selaparang yang sekarang diabadikan
namanya oleh salah satu Bandara di Pulau Lombok yaitu Bandara Selaparang.
Selain itu terdapat pula peninggalan Masjid di Kabupaten Lombok Utara pada
waktu penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq,
tempat ini berlokasi di Kecamatan Bayan dan dapat di tempuh dengan kendaraan
Pribadi sekitar 3 Jam. Selain itu terdapat juga Tirta Yatra (yang merupakan
peninggalan kerajaan Karangasem).
|
|
|
Istana
Air Mayura (Bukti bahwa perbedaan itu Indah)
Istana
Air Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744.
Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan Karangasem di Lombok.
Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah hutan belantara yang banyak
dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan membangun tempat Mayura, Raja Bali
tersebut meminta bantuan kepada Raja Makassar yang kemudian mengirimkan burung
merak untuk menakut-nakuti ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat
tersebut diganti menjadi Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak.
Dalam lidah orang Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).
Mayura
mempunyai 6 bangunan utama yaitu, Kolam air, Bale Loji (tempat penyimpanan
pusaka), Bale Tunggu, Bale Kambang, Pura Milu Kelepuk, dan Pura Jagad Nata.
Dalam komplek ini tersedia taman-taman yang asri dan enak digunakan untuk
bersantai. Cukup banyak muda-mudi bersantai di sana.
|
|
Namun
yang menarik adalah bangunan Bale Kambang yang berada di tengah-tengah kolam
air. Di sekitar Bale Kambang ini dihiasi oleh patung-patung bercirikan orang
muslim, yaitu Arab, Muslim Cina, dan Jawa. patung orang Muslim tersebut berdiri
di bagian Barat, Timur dan Utara dari Bale Kambang berdampingan dengan bangunan
linggih yang sangat kental nuansa Hindu Balinya.
Bangunan
Bale kambang adalah bangunan tempat bersidang dan menerima tamu kerajaan Bali
Karangasem dulunya. Kental dengan dengan ciri-ciri Hindu, termasuk juga
ornamen-ornamen di sekitarnya. Diberi nama Bale Kambang, karena posisinya
ditengah-tengah kolam air, seakan mengambang diatas air. Dahulu juga ada
bangunan penjara di sampingnya. Namun sayang besi-besi penjara tersebut sudah
tergerus oleh air dan waktu.
Menurut
informasi yang di dapat, keberadaan patung orang Muslim di antara bangunan
Hindu tersebut adalah untuk membuktikan kerukunan di Lombok sekaligus untuk
mengenang bahwa Raja Bali dulu pernah dibantu oleh Kerajaan Makassar yang
muslim. Selain itu juga untuk mengenang bahwa Islam dibawa masuk ke Lombok oleh
orang Makassar, Arab, dan China. Untuk yang dari China ditenggarai merupakan
salah satu anggota rombongan laksamana Ceng Ho, seorang panglima Muslim dari
Cina yang sangat terkenal.
Istana
Air Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang selalu mengingatkan kepada kita
untuk selalu hidup berdampingan dalam perbedaan dengan saling menghormati dan
menghargai.
3)
Wisata Religi
Perjalanan
spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi beberapa pura yang
merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.
Perjalanan
ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha Mayura yang merupakan istana
Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun 1744. Istana ini terkenal
dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai pegadilan pada jamannya. Setelah
itu perjalanan spiritual akan dilanjutkan menuju Pura Meru yang dibangun pada
tahun 1720 pada jaman penjajahan Belanda. Pura ini juga dijadikan sebagai
benteng pertahanan pada waktu menghadapi agresi Belanda ke II. Pada saat agresi
Belanda ke II ini salah satu jendral Belanda gugur ditangan para kesatrya bali
(Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para kesatrya bali yang gagah berani.
Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum umat Hindu di Karang Jangkong
Mataram.
Perjalanan
dilanjutkan menuju pura Kalasa Narmada yang sangat terkenal dengan Tirtha awet
mudanya. Narmada diambil dari salah satu nama sungai suci di India yang
merupakan salah satu anak sungai Gangga. Narmada merupakan miniature Gunung
Rinjani dan dibangun pada tahun 1805 yang oleh raja pada saat itu digunakan
sebagai istana musim kemarau. Pura Kalasa Narmada sangat erat kaitannya dengan
pura Mayura (istananya) dan gunung Rinjani. Karena waktu raja berkuasa, selalu
melakukan upacara pulang pakelem di danau Segara Anak, tepatnya pada
purnamaning sasih kalima (5) untuk memohon hujan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa
dan pada Bhatare Bhatari yang melingga disana. Saat usia raja semakin lanjut,
maka beliau membangun Taman Narmada sebagai miniature gunung rinjani lengkap
dengan miniature danau segara anak.
8.
Wisata budaya (Perang Topat, tradisi pencerminan kerukunan beragama di Lombok)
Sore
itu Jumat (12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu berbaur di Pura
Lingsar, KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk merayakan
“Perang Topat” yakni tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat.
Dengan
menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan
damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar
tepatnya setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak.
Tradisi
Perang Topat yang diadakan di Pura terbesar di Lombok peninggalan kerajaan Karangasem itu merupakan
pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi Perang Topat
dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil
bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi masyarakat Sasak
dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana persembahyangan
seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.
Prosesi
kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru
atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya
sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian
pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat
manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang
Pencipta. [Foto dan teks: Ahmad Subaidi/ANTARAMataram.com]
9.
Lalu lintas
Pulau
Lombok yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan penerbangan hanya
20 menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau sebutan lain dari Pulau
Lombok, terdiri dari tiga Kabupaten dan satu Kota Madya (Mataram) : yaitu
Kabupaten Lombok dengan Ibu Kotanya yang baru di Gerung. Lombok Tengah dengan
Ibu Kotanya Praya dan Lombok Timur dengan Ibu Kotanya Selong.
Airport
Selaparang terletak di Mataram, ibu kota provinsi dan kota terbesar di pulau
ini. Berbagai macam maskapai penerbangan beroperasi dari/ke Denpasar di Bali
(25 menit penerbangan). Kapal ferry menghubungkan Pelabuhan Lembar/Lombok
dengan Pelabuhan Padang Bai/Bali dalam waktu 1.5 jam dengan speed boat atau 4-6
jam dengan ferry normal, bias juga menuju Gili langsung dari Padang Bai. Taksi
dan minivan juga menyediakan transportasi untuk ke semua tempat di pulau.
Jalan-jalan
utama kebanyakan dalam kondisi yang sangat bagus, karena jalan-jalan kecil
sering kali berbahaya untuk mengemudi. Penyewaan motor dan mobil juga terdapat
di pusat pariwisata.
10.
Pembagian administratif pemerintahan
Lombok
termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi
empat Daerah Tingkat II:
1.
Kota Mataram
2.
Kabupaten Lombok Barat
3.
Kabupaten Lombok Tengah
4.
Kabupaten Lombok Timur
5.
Geografi, topografi dan demografi
Selat
ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora
dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali
menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19.
Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi
pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726
meter di atas permukaan laut dan membuatnya yang ketiga tertinggi di Indonesia.
Daerah selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan
ditanami dengan jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Sekitar
80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat
dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa
penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
Kelebihan
Ø Tiap-tiap
kabupaten pulau lombok, sekarang sudah mulai mengenyam suatu perkembangan zaman
dan mampu bersaing dengan dalam suatu perkembangan itu sendiri.
Ø Masyarakat
lombok khususnya kabupaten lombok tengah sudah mampu membawa kabupaten lombok
tengah menjadi salah satu pusat wisatan.
Ø Kesenian
atau budaya kabupaten lombok tengah sudah semakin meningkat dan mampu menarik
perhatian masyarakat sendiri.
Kelemahan
Ø Dalam
suatu yang saya alami peribadi, di daerah kabupaten lombok khususnya yang mana
pada sampai saat ini banyak hal yang hilang dari suatu sejarah lombok adanya,
yang mana dulu lombok punya khas sendiri dalam suatu bahasa atau adat
tersendiri, yang mana dulu pulau lombok terkenal dengan bahasa yang halus atau
bahasa orang- orang keturunan bangsawan.
Ø Adat
masyarakat lombok kini sudah mulai punah seiring dengan perkembangan zaman.
Ø Masyarakat
lombok tidak lagi membudayakan diri sebagaimana mengembangkan budaya nenek
moyang atau para leluhur.
Ø Hilangnya
suatu adat kesosialan terhadap masyarakatnya lombok itu sendiri.
Ø Masyarakat
kabupaten lombok masih sering saling bunuh (Perang).
Ø tetap
bisa melestarikan kepedulian terhadap sejarah dan kenangan masa lalu.
Saran
Ø Seharusnya
setiap pemimpin yang terpilih khususnya kabupaten lombok tengah dapat mampu
menegakkan suatu hal yang mana semestinya seperti adat, bahasa, kesenian, lebih
ditingkatkan, baek itu melalui jalur pendidikan atau kemasyarakatan.
Ø Setiap
pemimpin akan lebih tegas kembali dalam mengatasi suatu permasalahan dan mampu
membangun kesosialan terhadap masyarakat itu sendiri.
11.
Penutup
Demikianlah
penjelasan singkat mengenai asal usul dan apa saja yang menyangkut kehidupan
masyarakat di Pulau Lombok. Semua ini masih jauh dari sempurna. Semua
dikarenakan keterbatasan data dan informasi yang di saya dapatkan. Untuk itu saya
sangat mengharapkan dukungan informasi dari para pembaca sekalian sebagai bahan
masukan dan koreksi. Dengan harapan bahwa sejarah masa lalu dari pulau Lombok
ini menjadi kian jelas dan bisa lebih membangkitkan kecintaan setiap generasi
muda Indonesia, khususnya putra-putri Lombok dan juga dapat melestarikannya.