BAB I
PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk
Tuhan, telah dikarunia Allah kemampuan-kemampuan dasar yang bersifat rohaniah
dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mempertahankan hidup serta
memajukan kesejahteraanya.
Kemampuannya dasar
manusia tersebut dalam sepanjang sejarah pertumbuhannya merupakan modal dasar
untuk mengembangkan kehidupannya di segala bidang.
Sarana utama yang
dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain adalah pendidikan,
boleh dikata pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup umat
manusia sepanjang sejarah. Pendidikan berkembang dari yang sederhana, yang
berlangsung dalam zaman dimana manusia masih berada dalam ruang lingkup
kehidupan yang serba sederhana. Tujuan-tujuannya pun amat terbatas pada hal-hal
yang bersifat survival (pertahanan hidup terhadap ancaman alam sekitar). Yaitu
keterampilan membuat alat-alat untuk mencari dan memproduksi bahan-bahan
kebutuhan hidup, beserta pemeliharaannya.( M.Arifin:2)
Akan tetapi ketika
manusia telah dapat membentuk masyarakat yang semakin berbudaya dengan tuntutan
hidup yang makin tinggi, pendidikan ditujukan bukan hanya pada pembinaan
keterampilan, melainkan kepada pengembangan kemampuan-kemampuan teoritis
praktis berdasarkan konsep-konsep berfikir ilmiah.
Khusus masyarakat Islam
yang berkembang sejak zaman Nabi Muhammad melaksanakan misi sucinya menyebarkan
agamanya, pendidikan juga merupakan kunci kemajuan.
Adapun metode dasar
untuk mendidik manusia agar mampu mengembangkan diri dalam kehidupan yang makin
luas dan kompleks, terutama dalam memahami, menghayati dan mengamalkan missi
agama Islam, berpangkal pada kemampuan “membaca dan menulis” dengan kalam:
tidak saja sekedar membaca tulisan atau menuliskan hasil pengamatan, akan
tetapi juga membaca, mamahami dan menjelaskan gejala alamiah yang diciptakan
Tuhan dalam alam semesta ini.( Erwati:12)
Agar mampu membaca
dengan tepat dan mendalam, Tuhan memberikan kepada manusia suatu kemampuan
kecerdasan berfikir dan menganalisa gejala alam. Dengan mengetahui segala
sesuatu yang terhampar di alam semesta dan yang berada dibalik alam semesta,
barulah manusia dapat beriman melalui kesadarannya. Jadi dengan melalui proses
membaca dan menulis dan mengetahui kemudian beriman, manusia baru dapat
menduduki tingkat atau derajat yang tinggi, sebagaimana dinyatakan Allah dalam
Surat Al-Mujadalah ayat 11.
Hai orang-orang yang
beriman, apabila dikatakan kepadamu : “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila
dikatakan : berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Secara teoritis
pendidikan Islam sebagai ilmu atau disiplin ilmu adalah merupakan konsepsi
pendidikan yang mengandung berbagai teori yang dikembangkan dari wawasan yang
bersumber dari kitab suci Al Quran atau al Hadits, baik dilihat dari segi
system, proses dan produk (hasil) yang diharapkan maupun dari segi (tugas
pokoknya) untuk membudayakan umat manusia agar bahagia dan sejahtera dalam
hidupnya. Dalam proses kependidikan Islam terdapat problema-problema yang
kompleks (tidak sederhana), oleh karena melibatkan berbagai input enutromental
(kebudayaan, tradisi, mitos, kemajuan ilmu dan teknologi yang berkembang di
lingkungan sekitar).(Heri.N:47)
BAB II
RUANG LINGKUP
PENDIDIKAN
Tugas pendidikan
dimulai dari keluarga yang berkewajiban mentransfer pengalaman kepada anak
untuk selanjutnya dapat membuka jalan hidupnya sendiri. Namun, pengalaman itu
kemudian berakumulasi dan kebudayaan yang hendak ditransfer sanagat banyak dan
kompleks akibat berintegarinya keluarga-keluarga dalam bentuk masyarakat dengn
segala wataknya yang khas. Oleh sebab itu, diperlukan lembaga-lembaga khusus
yang dapat melaksanakan tugas-tugas pendidikan tersebut sesuai dengan konsep
dan kerangka yang diletakkan oleh masyarakat itu sendiri. Kemudian muncul
gagasan tentang pendidikan sekolah dengan berbagai bentuknya.
Pendidikan merupakan
proses yang lebih besar dari sekedar aktivitas persekolahan. Pendidikan, dengan
mengesampingkan perbedaan mazhab dan orientasi, merupakan proses pengembangan
sosial yang mengubah individu dan sekedarnya makhluk biologis menjadi makhluk
sosial agar hidup bersama realitas zaman dan masyarakat. Dengan kata lain,
pendidikan merupakan proses pemberian sifat sosial kemanusiaan (humanisasi)
kepada makhluk hidup. Pendidikan menghubungkan manusia dengan suatu masyarakat
yang memiliki karakteristik kultural. Pendidikan memberi manusia sifat-sifat
kemanusiaan yang membedakannya dari makhluk-makhluk hidup lainnya, serta
memberinya pola-pola hidup dalam suatu masa dengan harapan ia akan menerapkannya
kemudia menambah dan mengurangi sendiri.
Dengan makna tersebut,
pendidikan dipandang sebagai seni mentransfer warisan dan ilmu membangun masa
depan. Pendidikan merupakan proses persiapan untuk hidup melalui kehidupan itu
sendiri dimana aspek-aspek fisik, intelektual, dan spiritual, individu
diperhatikan. Atas dasar itu, tugas pendidik adalah memperhatikan pendidikan
hati, kepala dan tangan (heart, head, hand)
Ruang lingkup
pendidikan terbagi menjadi 3 materi pokok yang terkandung dalam :
1. Tarbiyatul Aqliyah
2. Tarbiyah Jismiyah
3. Tarbiyatul Khuluqiyah
1. Tarbiyah Aqliyah (IQ
Learning)
Tarbiyah Aqliyah atau
sering dikenal dengan istilah pendidikan rasional (intellegence question
learning) merupakan pendidikan yang mengedepankan kecerdasan akal. Tujuan yang
diinginkan dalam pendidikan itu adalah bagaimana mendorong anak agar bisa
berfikir secara logis terhadap apa yang dilihat dan indra oleh mereka, input,
proses, dan output pendidikan anak diorientasikan pada rasio (intellegence
oriented) yakni bagaimana anak dapat membuat analisis, penalaran, dan bahkan
sintesis untuk memecahkan suatu masalah. Misalnya melatih indra untuk
membedakan hal yang diamati, mengamati terhadap hakikat apa yang diamati,
mendorong anak bercita-cita dalam menemukan suatu yang berguna dan melatih anak
untuk memberikan bukti terhadap apa yang mereka simpulkan.
2. Tarbiyah Jismiyah
(Physical Learning)
Tarbiyah Jismiyah yaitu
segala kegiatan yang bersifat fisik untuk mengembangkan biologis anak tingkat
daya tubuh sehingga mampu untuk melaksanakan tugas yang diberikan padanya baik
secara individu ataupun sosial nantinya, dengan keyakinan bahwa dalam tubuh
yang sehat terdapat jiwa yang sehat Al-Aqlussalim fi jismissalim sehingga
banyak diberikan beberapa permainan oleh mereka dalam jenis pendidikan ini.
3. Tarbiyatul
Khuluqiyah (SQ Learning)
Tarbiyatul Khuluqiyah
disini diartikan sebagai konsistensi seseorang bagaimana memegang nilai
kebaikan dalam situasi dan kondisi apapun dia berada seperti: kejujuran,
keikhlasan, mengalah, senang bekerja, kebersihan, keberanian dalam membela yang
benar, bersandar pada diri tidak pada orang lain, dan begitu juga bagaiman tata
cara hidup berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu maka pendidikan akhlak tidak
dapat dijalankan dengan hanya menghafalkan saja tentang hal baik dan buruk,
tapi bagaimana menjalankannya sesuai dengan nilai-nilainya. Ada beberapa bagian
dalam hal ini antara lain:
1. mengumpulkan mereka dalam satu kelompok
yang berbeda karakter,
2. membantu mereka untuk menemukan jati
dirinya dengan memberikan pelatihan, ujian, dan tempaan.
3. membentuk kepribadian dengan selalu
menjauhi hal yang jelek dan berpegang teguh terhadap nilai kebaikan.
Permasalahan kehidupan
yang oerlu menjadi perhatian ialah pendidikan. Ayat-ayat tentang pendidikan
banyak terdapat di dalam Al Quran, meskipun masih bersifat umum sehingga tidak
mudah diaplikasikan begitu saja ke dalam kehidupan umat. Oleh karena itu,
ayat-ayat tentang pendidikan tersebut perlu dikaji secara seksama agar dapat
ditangkap petunjuknya dan dapat diterapkan di tengah masyarakat untuk
pembimbing mereka ke jalan yang benar.
Surat Al-Alaq adalah
salah satu di dalam Al Quran turun pada periode awal. Ayat 1 – 5 merupakan ayat
yagn pertama kali turun kepada Nabi Muhammad.
Para ahli pendidikan
Islam senantiasa memasukkan ayat 1 – 5 dari surat Al-Alaq ini sebagai ayat
pendidikan, seperti Ghazali, Muhammad Fadhil Jamali, Fathiyah Hasan Sulaiman,
dan Hasan Langgulung.
Surat Al-Alaq adalah
salah satu surat di dalam Al Quran yang terdiri atas 19 ayat dan merupakan
surat ke-96 di dalam mushaf.
Surat Al-Alaq yang
terdiri atas 19 ayat ini merupakan surat Makkiyah atau surat yang diturunkan
Allah pada aperiode makkah. Ayat 1 – 5 adalah ayat-ayat yang pertama kali
diturunkan Allah SWT di gua Hira’ ketika Nabi SAW, bertahan nus. Surat ini,
antara lain berisi perintah membaca, tentang alat tulis, unsur-unsur
pendidikan, sifat dan keadaan manusia yang jahat serta durhaka.
Prinsip-prinsip
pendidikan yang akan dikaji di dalam surat Al-Alaq ini berkenan dengan
pendidikan secara umum, seperti materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik,
anak didik (peserta didik), dan tujuan pendidikan.
A. Hakikat Pendidikan
Islam
Hakikat pendidikan
Islam adalah usaha orang dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan
dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak
didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangan.
Pendidikan secara
teoritis mengandung pengertian “memberi makanan” (opseanding) kepada jiwa anak
didik sehingga mendapatkan kepuasan rohaniyah, juga sering diajukan dengan
menumbuhkan kemampuan dasar manusia. Bila ingin diarahkan kepada pertumbuhan
sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses melalui sistem pendidikan
Islam, baik melalui kelembagaan maupun melalui sistem kurikuler.
Esensi daripada potensi
dinamis dalam setiap diri manusia itu terletak pada keimanan / keyakinannya.
Ilmu pengetahuan akhlak (moralitas) dana pengalamannya. Dan keempat potensi
esensial ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam.
Oleh karenanya, maka
dalam strategi pendidikan Islam, keempat potensi dinamis yang esensial tersebut
menjadi titik pusat dari lingkaran proses pendidikan Islam sampai kepada
tercapainya tujuan akhir pendidikan, yaitu manusia dewasa yang mukmin,
muslim,dan muchlisinmuttaqin.
Pendidikan Islam itu
buisa dibilang proses, maka dibutuhkan juga sebuah sistem dan sasaran atau
tujuan yang hendak dicapai melalui proses proses sistem tertentu karena sasaran
dan tujuan yang jelas akan menghilangkan nilai hakiki pendidikan.(M.Arifin:32)
B. Sasaran Pendidikan Islam
Sejalan dengan misi
agama Islam yang bertujuan memberikan bagi sekalian makhluk di alam ini, maka
pendidikan Islam mengidentifikasikan sasaran yang digali dari sumber ajaran
Alquran, meliputi empat pengembangan fungsi manusia.
1. Menyadarkan manusia secara individual
pada posisi dan fungsinya ditengah makhluk lain, serta tentang tanggung jawab
dalam kehidupan, dengan kesadaran ini, manusia akan mampu berperan sebagai
makhluk Allah yang paling utama diantara makhluk-makhluk lainnya sehingga mampu
berfungsi sebagai kholifah dimuka bumi ini, karena manusia sedikit lebih tinggi
kejadiannnya dari malaikat, yang hanya terdiri dari unsur-unsur rokhaniyah,
yaitu nur ilahi. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari perpaduan unsur-unsur
rohani dan jasmani.
2. Menyadari fungsi dalam hubungannya
dengan masyarakat, serta tanggungjawabnya terhadap ketertiban masyarakat itu.
Oleh karenaitu manusia harus mengadakan interrelasi dan interaksi dengan
sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia adalah homo sosius (makhluk sosial).
Itulah sebabnya mengapa Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan,
kegotongroyongan, dan musyawarah yang dapat membentuk masyarakat itu menjadi
persekutuan hidup yang utuh.
3. Menyadarkan manusia terhadap pencipta
alam dan mendorongnya untuk beribadah kepada-Nya. Oleh karena itu, mannusia
sebagai Homodivinans (makhluk yang berketuhanan) sikap dan watak religiusnya
perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai
kehidupannya. Pada hakikatnya, dalam diri tiap manusia telah diberi kemampuan
untuk beragaam dan kemampuan itu berada di dalam fitrahnya secara alami. Oleh
karena itu seorang saujana barat, C. G. Jung, memandang kemampuan beragama ini
sebagai Naturaliter Religiosa (naluri beragama)
4. Menyadarkan manusia tentang
kedudukannya terhadap mekhluk lain, serta memberikan kemungkinan kepada manusia
untuk mengambil manfaat.
Dengan kesadaran
demikian, maka manusia sebagai khalifah di atas bumi dan yang terabaik diantara
makhluk lain, akan mendorong untuk melakukan penglolaan, mengeksploitasikan
serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan hidup bersama-sama
dengan lainya. Pada akhirnya, kesejahteraan hidup bersama-sama dengan lainya.
Pada akhirnya, kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan sebagai sarana untuk
mencapai kebahagiaan hidup di akhirat. Bukanlah dunia ini bagaikan ladang untuk
digarap dan di tanam dengan tanaman yang berguna bagi hidupnya di akhirat
nanti?
Selain itu, dalam
kejadian alam ciptaan Allah ini terkandung rahasia yang bila dapat diungkapkan,
akan memberikan cakrawala ilmu pengetahuan yang benar serta hikmah-hikmah yang
tinggi bagi manusia. Oleh karena itu terserah kepada manusia sendiri, bagaimana
cara mengungkapkan rahasia tersebut. Sudah tentu faktor akal budi (ratio),
sangat menentukan mampu tidaknya manusia menggali dan mengungkapkan
rahasia-rahasia alam tersebut. Untuk itu faktor kegiatan belajar dan mengajar
merupakan pangkal tolak dari kemampuan tersebut di atas.( M.Arifin:33-37)
C. Tujuan Pendidikan
Islam
Dilihat dari ilmu
pendidikan teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya
tujuan intermedier (sementara atau antara), yang dijadikan batas sasaran
kemampuan yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu,
untuk mencapai tujuan akhir.
Tujuan insidental
merupakan peristiwa tertentu yang tidak direncanakan, akan tetapi dapat
dijadikan sasaran dari proses pendidikan pada tingkat tertentu. Misalnya,
peristiwa meletusnya gunung berapi, dapat dijadikan sasaran pendidikan yang
mengandung tujuan tertentu, yaitu anak didik timbul kemampuannnya untuk
memahami arti kekuasaan Tuhan yang harus diyakini kebenarannya. Tahap kemampuan
ini menjadi bagian dari tujuan antara untuk mencapai tujuan akhir pendidikan.
Berbagai tingkat
pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk memudahkan
proses kependidikan melalui tahapan yang makin meningkat (progresif) ke arah
tujuan akhir.
Dalam sistem
operasionalisasi kelembagaan pendidikan berbagai tingkat tujuan tersebut
ditetapkan secara berjenjang dalam struktur program instruksional, sehingga
tergambarlah klasidikasi gradual yang semakin meningkat, bila dilihat dari
pendekatan sistem instruksional tertentu sebagai berikut:
(1) Tujuan instruksional khusus, diarahkan
pada setiap bidang studi yang harus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
(2) Tujuan instruktusional umum, diarahkan
pada pengusaan atau pengamatan suatu bidang umum atau garis besarnya sebagai
kebetulan.
(3) Tujuan kurikuler, yang ditetapkan untuk
dicapai melalui garis-garis besar program pengajaran ditiap institusi (lembaga)
pendidikan.
(4) Tujuan institusional adalah tujuan yang
harus dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga
pendidikan tertentu secara bulat atau terminal seperti tujuan institusional
SMTP / SMTA atau STM / SPG (tujuan terminal)
(5) Tujuan umum atau tujuan nasional adalah
cita-cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalu proses kependidikan dengan
berbagai cara atau sistem, baik sistem formal (sekolah), sistem nonformal (non
klasikal dan non kurikuler) maupun informal (yang tidak terikat oleh formalitas
program, waktu, ruan gdan materi)
Tujuan terakhir dari
kependidikan Islan itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri
sepenuhnya kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat
manusia seluruhnya.( M.Arifin:39)
Sebagai hamba Allah
yagn berserah diri kepada khaliknya, ia adalah hambaNya yang berilmu
pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak penciptaNya untuk
merealisasikan cita-cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah:
Sesungguhnya sholatku
dan ibadahku danhidupku serta matiku hanya untuk Allah, pendidikan sekalian
alam.
Mengingat tujuan
pendidikan yang begitu luas, tujuan tersebut dibedakan dalam beberapa bidang
menurut tugas dan fungsi manusia secara filosofis sebagai berikut :
(1) Tujuan individual yang menyangkut
individu, melalui proses belajr dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
(2) Tujuan sosial yang berhubungan dengan
kehidupan masyarakat umumnya serta dengan perubahan-perubahan yang diinginkan
pada pertumbuhan pribadi, pengalaman dan kemajuan hidupnya.
(3) Tujuan profesional yang menyangkut
pengajaran sebagai ilmu,seni profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan tidak boleh
hanya memberikan bekal untuk membangun, tetapi seberapa jauh didikan yang
diberikan itu dapat berguna untuk menunjang kemajuan suatu bangsa. Semangat
progresif yang terkandung dalam rumusan pendidikan yang dikemukakan Ki Hajar
Dewantara tersebut nampak mengingatkan kita kepada pesan khalifah Umar Ibn Al
Khatab yang mengatakan bahwa anak-anak muda sekarang adalah generasi di masa
yang akan datang. Dunia dan kehidupan yang akan mereka hadapi berbeda dengna
dunia yang sekarang. Untuk itu apa yang diberikan kepada anak didik harus
memperkirakan kemungkinan relevasi dan kegunaannya di masa datang dengan cara
demikian eksistensi dan fungsi lulusan anak didik tetap terpelihara dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin,H.M.2000.Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Aly, Hery Noer.2003.
Watak Pendidikan Islam.Jakarta Utara : Friska Agung Insani.
Aziz,
erwati.2003.Prinsip-prinsip Pendidikan Islam. Solo: Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri
http ://mkpd.wordpress.com