BAB I
PENDAHULUAN
Dasar pendidikan Islam
sangat identik dengan dasar ajaran Islam itu sendiri. Kemudian dasar itu
dikembangkan dalam pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syar’i, ijma’, yang
diakui ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pemikiran yang
menyeluruh dan terpadu tentang jagat raya, manusia, masyarakat dan bangsa,
pengetahuan kemanusiaan dan akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal
yakni al-Quran dan hadis sebagai sumber utama (al-Syabany, 1979)
. Sedangkan
apabila dilihat dari sudut pandang tujuan pendidikan Islam sendiri, tampak
terlihat jelas bahwasannya tujuan pendidikan Islam sangat berbeda sekali dari
tujuan pendidikan umum yang didasarkan pada falsafat pendidikan produk
pemikiran spekulatif dari nalar manusia. Kohnstanam misalnya menggariskan bahwa
tujuan pendidikan adalah tidak lain untuk membimbing anak mencapai tingkat
kedewasaan rohani dan jasmani (Crijn dan Reksosiswojo, 1954). Sedangkan
Langeveld, menyatakan bahwa tujuan pendidikan agar anak terbentuk kata hatinya
(Crijn dan Reksosiswojo, 1954). Tetapi sebelum kita mempelajari lebih dalam
mengenai dasar dan tujuan pendidikan Islam sendiri, kita perlu mempelajari
dahulu mengenai pengertian dari pendidikan Islam.
Dari bab pendahuluan di
atas, penulis makalah bisa menarik kesimpulan sementara bahwasannya dasar dan
tujuan pendidikan Islam ini sangat berperan penting dalam menciptakan insan
kamil atau hamba Allah yang senantiasa selalu bertakwa kepadaNya. Hal ini bisa
kita ketahui dengan cara menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar
pendidikan Islam yang bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan
pada keimanan semata namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua
dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah
maupun pengalaman kemanusiaan. Sedang tujuan pendidikan Islam mempunyai peranan
penting demi mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia baik secara
menyeluruh maupun seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran,
diri manusia yang rasional, perasaan dan indra. Untuk keterangan lebih lengkap
dan jelasnya, akan dibahas pada pembahasan makalah berikut ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dasar Pendidikan
Islam
Pada dasarnya,
pendidikan Islam mempunyai dua dasar yakni dasar ideal dan dasar operasional.
Dasar idealnya adalah AL-Qur’an, As-Sunnah dan ijtihad. Ada beberapa dasar
pendidikan islam yang merupakan dasar operasionalnya dalam mewujudkan dasar
ideal/ sumber pendidika islam. Dasar pendidikan tersebut menurut pemaparan dari
Hasan Langgulang ada enam macam yang menjadi dasar operasional pendidikan
Islam, yakni : Dasar historis (berorientasi pada pengalaman pendidikan masa
lalu), Dasar ekonomi (memberikan prespektif tentan potensi finanasial), Dasar
politik dan administrasi (sebagai tempat tolak ukur untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan), Dasar psikologi (memberikan potensi peserta didik, pendidikan,
dan manusia yang terlibat di dalamnya), Dasar filsafat (memberi arah suatu
sistem). Dalam hal ini, kami juga mengutip dari pendapat Abdul Mujid yang
menambahkan satu dasar lagi yaitu dasar religius, yang membingkai pendidikan
dalam koridor religiusitas dan menjadikan pendidikan lebih bermakna. Jadi,
menetapkan al-Qur’an, hadits dan ijtihad sebagai dasar pendidikan Islam bukan
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun
justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima
oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan.
Sedangkan tujuan
pendidikan Islam sendiri memiliki peran yang aktif demi terbentuknya pribadi
muslim yang mampu memikul tanggung jawab agama, bangsa dan negaranya. Dalam
dunia pendidikan umum, perumusan tujuan dan obyek merupakan masalah yang sangat
serius. Sejak manusia hal itu sudah menjadi bahan kajian yang tidak pernah
selesai. Permasalahannya barangkali terletak pada kaitannya dengan perkembangan
situasi dan kondisi.
Sebagai contoh, kita
bisa melihat sendiri pada zaman kuno tujuan dan sasaran system pendidikan
Spartan adalah kekuatan fisik, keberanian militer, ketahanan, disiplin,
kepatuhan dan semangat nasionalisme. Sedang di Athena, pendidikan ditujukan
untuk kepandaian membujuk, berargumentasi dan sukses dalam kehidupan. Masih
banyak versi lain mengenai tujuan pendidikan pada zaman klasik, termasuk yang
dikemukakan oleh para filosof seperti Plato, Aristotele, dan lain-lain.
Dalam literature
pendidikan ini, pastilah terdapat banyak istilah yang merujuk pada tujuan
pendidikan, antara lain dalam Bahasa Inggris yang lebih dikenal dengan istilah
“aims”, “goals”, “objectives” dan “purpose”. Sementara dalam Bahasa Arab
dikenal istilah “Ghayat”, “Ahdaf”, dan “Maqashid”. Masing-masing istilah itu,
meskipun secara umum berarti tujuan, memiliki pengertian-pengertian khusus
sehingga dalam penggunaannya memiliki proporsi sendiri-sendiri. Variasi istilah
inilah yang pada dasarnya mencerminkan bahwa tujuan yang dirumuskan dalam
bidang pendidikan harus bersifat dinamis. Penetapan tujuan secara umum harus
diperinci secara tegas dengan penetapan tujuan-tujuan khusus, baik dalam
tingkat institusional (Tujuan Institusional) maupun operasional (Tujuan
Instruksional).
Untuk merumuskan tujuan
pendidikan Islam secara konsisten (ajeg) dalam berbagai tingkatan hendaknya
memperhatikan lima karakteristik, yaitu :
Pertama, keharmonisan
antara kebutuhan individu dan komunitas. Satu sama lain tidak boleh saling
mengabaikan. Pendidikan Islam ditujukan untuk membina kepribadian manusia seutuhnya
sehingga ia dapat beradaptasi dalam kehidupan masyarakat yang sarat dengan
berbagai ide.
Kedua, Keseimbangan
antara realitas (kenyataan) dan idealitass (keinginan). Manusia hidup dengan
sejumlah ide yang diharapkan dapat terwujud guna membentuk kesempurnaan
dirinya. Tetapi, juga tidak bisa disangkal bahwa ia pun hidup bersama kenyataan
yang berkembang baik yang menyangkut sosial, politik, ekonomi maupun budaya.
Tujuan pendidikan Islam harus mampu menjembatani kesenjangan antara idealitas
dan realitas. Dalam Islam “berpanjang angan-angan”(Thul al-‘Aml) itu dilarang.
Tetapi, Islam juga mencela sikap pragmatis, hedonistik, mencari kesenangan
sesaat. Dalam Islam dikembangkan sikap tawasuth (tidak ekstrim), sikap tasamuh
(toleran) dan sikap tawazun (seimbang).
Ketiga, teratur dan
tidak labil. Penetapan tujuan pendidikan Islam harus bersifat pasti sehingga
tidak terpengaruh secara mendasar oleh perubahan waktu. Bentuknya boleh berubah
sesuai dengan azaz efektifitas dan efisiensial. Tetapi, esensinya harus mencerminkan
semangat keislaman yang sejati dan tidak bisa berubah. Ini untuk menegaskan
prinsip universalitas Islam, sekaligus fleksibilitasnya.
Keempat, berorientasi
pada kehidupan dunia dan akherat. Jamil saliba menyatakan bahwa banyak
ayat-ayat dalam al-Qur’an dan al-Hadits yang menunjukkan bahwa tujuan
pendidikan adalah untuk memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akherat.
Kelima, diwujudkan
(dirumuskan) ke dalam bentuk tingkah laku yang dapat diteliti. Dalam Islam
memang niat merupakan hal yang vital dan merupakan aspek yang tersembunyi.
Namun, dalam kerangka pendidikan hendaknya diusahakan bentuk-bentuk perilaku
yang menncerminkan kemuliaan niat. Meskipun demikian, usaha itu tidak boleh
berlebihan sehingga menjurus pada sikap riya.
Dengan demikian, tujuan
pendidikan Islam secara umum adalah terciptanya kepasrahan yang total kepada
Allah dengan segala manifestasinya yang selaras dengann ajaran Islam. Tujuan
umum bisa melahirkan tujuan-tujuan khusus yang disesuaikan dengan perkembangan
situasi dan kondisi. Islam memang ajaran yang mendatangkan kemaslahatan di
manapun dan kapanpun.
B. Tujuan Pendidikan Islam
Dilihat dari Ilmu
Pendidikan Teoritis, tujuan pendidikan ditempuh secara bertingkat, misalnya
tujuan intermediair (sementara atau antara), yang dijadikan batas kemampuan
yang harus dicapai dalam proses pendidikan pada tingkat tertentu, untuk
mencapai tujuan akhir. Tujuan insedental merupakan peristiwa tertentu yang
tidak direncanakan, akan tetapi dapat dijadikan sasaran dari proses pendidikan
pada tingkat tertentu. Misalnya peristiwa meletusnya gunung berapi, dapat
dijadikan sasaran pendidikan yang mengandung tujuan tertentu, yaitu anak didik
timbul kemampuannya untuk memahami arti kekuasaan Allah SWT diyakini
kebenarannya. Tahap kemampuan ini menjadi bagian dari tujuan antara untuk
mencapai tujuan akhir pendidikan.
Berbagai tingkat tujuan
pendidikan yang dirumuskan secara teoritis itu bertujuan untuk memudahkan
proses kependidikan melalui tahapan yang makin meningkat ( progresif) ke arah
tujuan umum atau tujuan akhir. Dalam sistem operasionalisasi kelembagaan
pendidikan, berbagai tingkat tujuan pendidikan tersebut ditetapkan secara
berjenjang dalam sturktur program instruksional, sehingga tergambarlah
klasifikasi gradual yang semakin meningkat, bila dilihat dari pendekatan sistem
Instruksional tertentu sebagai berikut:
1. Tujuan Instruksional Khusus, diarahkan
pada setiap bidang studi yang harkus dikuasai dan diamalkan oleh anak didik.
2. Tujuan Instruksional Umum, diarahkan
pada penguasaan atau pengamalan suatu bidang studi secara umum atau garis
besarnya sebagai suatu kebulatan.
3. Tujuan Kulikuler, yang ditetapkan untuk
dicapai melalui garis –garis besar program pengajaran di tiap institusi
(lembaga) pendidikan.
4. Tujuan Institusional, adalah tujuan
yang harus dicapai menurut program pendidikan di tiap sekolah atau lembaga
pendidikan tertentu secara bulat atau terminal seperti tujuan institusional SD,
SMP, atau SMA.
5. Tujuan Umum, atau Tujuan Nasional,
adalah cita –cita hidup yang ditetapkan untuk dicapai melalui proses
kependidikan dengan berbagai cara atau sistem, baik sistem formal (sekolah),
sistem non formal (non klasikal dan non kurikuler), maupun sistem informal
(yang tidak terikat oleh formalitas program, waktu, ruang, dan materi).
Demkian pula yang
terjadi dalam proses kependidikan islam, bahnwa penetapan tujuan akhir itu
mutlak diperlukan dalam rangka mengarahkan segala proses, sejak dari
perencanaan program sampai dengan pelaksanaannya, agar tetap konsisten dan
tidak mengalami deviasi –deviasi (penyimpangan). Adapun tujuan akhir pendidikan
islam pada hakekatnya adalah realisasi dari cita –cita ajaran islam itu
sendiri, yang membawa misi bagi kesejahteraan umat manusia sebagai hamba Allah
SWT lahir dan batin, di dunia dan akhirat.
Rumusan –rumusan tujuan
akhir pendidikan islam telah disusun oleh para ulama dan ahli pendidikan islam
dari semua golongandan madzhab dalam islam, misalnya sebagai berikut:
1. Rumusan yang ditetapkan dalam konggres
sedunia tentang pendidikan islam sebagai berikut (Second Word Conference on
Muslim Education, International Seminar on Islamic Concepts and Curriculla,
Recomendation, 15* to 20*, March 1980 Islamabad.): “Education should aim at the
ballanced growth of total personality of man trough the training of man’s
spirit, intelect the rational self, feeling and bodily sense. Education should
therefore cater for the growth of man in all its aspects, spiritual,
intelectual imaginative, physical scientific, linguistic, both individually and
collectivelly, and motivate all these aspects toward goodness and attainment of
perfection. The ultimate aim of education lies in the realization of complete
submision to Allah on the level of individual, the community and humanity at
large”.
Rumusan tersebut
menunjukan bahwa pendidikan Islam mempunyai tujuan yang luas dan dalam, seluas
dan sedalam kebutuhan hidup manusiasebagai makhluk individual dan sebagai
makhluk sosial yang menghamba kepada Kholiqnya yang dijiwai oleh nilai –nilai
ajaran agamanya.
Oleh karena itu
pendidikan Islam bertujuan untuk menumbuhkan pola kepribadian manusia yang
bulat melalui latihan kejiwaan, kecerdasan otak, penalaran, perasaan, dan
indra. Pendidikan ini harus melayani pertumbuhan manusia dalam semua aspeknya,
baik aspek spiritual, intelektual, imajinasi, jasmaniah, ilmiah, maupun
bahasanya (secara perorangan maupun secara berkelompok). Dan pendidikan ini
mendorong semua aspek tersebut ke arah keutamaan serta pencapaian kesempurnaan
hidup.
Tujuan akhir dari
pendidikan islam itu terletak dalam realisasi sikap penyerahan diri sepenuhnya
kepada Allah, baik secara perorangan, masyarakat, maupun sebagai umat manusia
keseluruhannya.
Sebagai hamba Allah SWT
yang berserah diri kepada Kholiqnya, ia adalah hamba-Nya yang berilmu
pengetahuan dan beriman secara bulat, sesuai kehendak pencita-Nya untuk
merealisasikan cita –cita yang terkandung dalam kalimat ajaran Allah:
اِنَّ الصَّلاَةِ وَنُسُكِى
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِى لِلّٰهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ
“Sesungguhnya solatku
dan ibadahku dan hidupku serta matiku hanya untuk Allah, pendidikan sekalian
alam”.
2. Rumusan yang lain adalah hasil
keputusan seminar pendidikan Islam se-Indonesia tanggal 7 s.d 11 Mei 1960, di
Cipayung, Bogor.
Pada saat itu berkumpulah
para ulama ahli pendidikan islam dari berbagai lapisan masyarakat islam,
berdiskusi dengan para ahli pendidikan umum, dan telah berhasil merumuskan
tujuan pendidikan islam sebagai berikut:
“Tujuan Pendidikan
Islam adalah menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakan kebenaran dalam rangka
membentuk manusia yang berpribadi dan berbudi luhur menurut ajaran islam”.
Tujuan terrsebut
ditetapkan berdasarkan atas pengertian bahwa: “Pendidikan Islam adalah
bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan
hikmah mengarahkan, mengajar, melatih, mengasuh, dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam”. Jadi jelaslah, membicarakan mesalah tujuan pendidikan, khususnya
islam, tidak terlepas dari masalah nilai –nilai ajaran isla itu sendiri, oleh
karena realisasi nilai –nilai itulah yang pada hakikatnya menjadi dasar dan
tujuan pendidikan islam.
3. Ada rumusan lain tentang pendidikan
islam oleh Prof. Dr. Omar Muhammad Al Toumy Al Syaebani sebagai bebrikut:
“Tujuan pendidikan
adalah perubahan yang diingini yang diusahakan dalam proses pendidikan atau
usaha pendidikan untuk mencapainya, baik pada tingkah laku individu dari
kehidupan pribadinya atau kehidupan masyarakat serta pada alam sekitar dimana
individu itu hidup atau pada proses pendidikan itu sendiri dan proses
pengajaran sebagai suatu kegiatan asasi dan sebagai proporsi diantara profesi
asasi dalam masyarakat”.
Mengungat tujuan
pendidikan yang begitu luas, tujuan tersebut dibedakan dalam beberapa bidang
menurut tugas dan fungsimanusia secara filosofis sebagai berikut:
1) Tujuan individual yang menyangkut
individu, melalui proses belajar dalam rangka mempersiapkan dirinya dalam
kehidupan dunia dan akhirat.
2) Tujuan sosial yang berhubungan dengan
kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan, dan dengan tingkah laku mesyarakat
umumnya serta dengan perubahan –perubahan yang diinginkan pada pertumbuhan
pribadi, pengalaman, dan kemajuan kehidupannya.
3) Tujuan profesional yang menyangkut
pengajaran sebagai ilmu, seni, dan profesi serta sebagai suatu kegiatan dalam
masyarakat.
Dalam proses
kependidikan, tiga tujuan diatas dicapai secara integral, tidak terpisah dari
satu sama lain, sehingga dapat mewujudkan tipe manusia peripurna seperti
dikehendaki oleh ajaran agama islam. Oleh karena tujuan pendidikan pada
hakikatnya merupakan cita –cita mewujudkan nilai –nilai, maka filsafat
pendidikanlah yang memberi dasar dan corak serta arah tujuan pendidikan itu
sendiri. Dalam rangkaian proses penyampaiannya, filsafat pendidikan berfungsi
sebagai korektor terhadap kesalahan atau penyimpangan –penyimpangan yang
terjadi, sehungga memungkunkan proses tersebut dapat berfungsi kembali dalam
jalur tujuannya.
Dalam pelaksanaannya
tujuan tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam tujuan yaitu:
1) Tujuan Operasional
Tujuan operasional
yaitu suatu tujuan yang dicapai menurut program yang telah ditentukan/
ditetapkan dalam kurikulum. Akan tetapi adakalanya tujuan fungsional belum
tercapai oleh kerena beberapa sebab, misalnya produk kependidikan belum siap
dipakai di lapangan karena masih memerlukan latihan ketrampilan tentang bidang
keahlian yang hendak diterjuni, meskipun secara operasional tujuannya telah
tercapai.
2) Tujuan Fungsional
Tujuan fungsional yaitu
tujuan yang telah dicapai dalam arti kegunaannya, baik dari aspek teoritis
maupun aspek praktis, meskipun kurikulum secara operasional belum tercapai.
Misalnya produk kependidikan telah mencapai keahlian teoritisilmiah dan juga
kemampuan/ ketrampilan yang sesuai dengan bidangnya, akan tetapi dari aspek
administrasi belum selesai. Oleh karena itu, produk kependidikan yang paripurna
adalah bilamana dapat menghasilkan anak didik yang memiliki kemampuan teoritis
sekaligus memiliki kemampuan praktis atau teknis operasional. Anak didik
berarti telah siap dipakai dalam bidang keahlian yang dituntut oleh dunia kerja
dan lingkungannya.
C. Landasan pendidikan Islam dalam
Pemikiran Pendidikan Islam
Landasan pendidikan
Islam yang dipaparkan oleh Syahmina Zaini dalam kutipannya, mengacu kepada
potensi yang ada pada diri manusia. Kami juga mengambil dari salah satu sumber
buku yang berjudul Teologi Pendidikan Islam yang dipaparkan oleh Jalaludin
bahwa potensi laten dalam konsep pendidikan Islam disebut Fitrah, yang berarti
kuatan asli yang terpendam di dalam diri manusia yang dibawanya sejak lahir,
yang akan menjadi pendorong serta penentu bagi kepribadiannya, serta yang
dijadikan alat untuk pengabdian dan ma’rifatullah. Jadi bimbingan terhadap
pengembangan fitrah, harus menuju arah yang jelas.
Berdasarkan potensi
fitrah penciptaannya, maka perkembangan manusia meliputi seluruh aspek yang
dibutuhkan oleh manusia meliputi seluruh aspek yang dibutuhkan oleh manusia
dalam kehidupannya baik dalam statusnya sebagai makhluk bertuhan, makhluk
individu, makhluk social, makhluk bermoral, makhluk berperadaban dan
sebagainya. Aspek perkembangan ini merupakan potensi yang mendukung
pengembangan manusia menjadi sosok manusia seutuhnya, secara optimal dan
berimbang, agar mampu menjalankan amanat dalam statusnya selaku hamba Allah
maupun khalifah-Nya. Dengan demikian perkembangan manusia baru akan menjadi
sempurna (insane kamil) bial pengembangan potensi dirinya yang mencakup
keseluruhan aspek perkembangan itu dilakukan secara total dan maksimal.
D. Rumusan Pemikir Muslim tentang Dasar dan
Tujuan Pendidikan Islam
Menurut Imam Ghazali,
tujuan pendidikan yaitu pembentukan insan Paripurna, baik di dunia maupun di
akhirat. Menurut Imam Ghazali pula manusia dapat mencapai kesemurnaan apabila
mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadilah melalui ilmu
pengetahuan yang dipelajarinya. Fadilah ini selanjutnya dapat membawanya untuk
dekat keapa Allah dan akhirnya membahagiakannya hidup di dunia dan di akhirat.
Dalam hal ini, beliau berrkata :
“Apabila saudara
memperhatikan ilmu pengetahuan, niscaya saudara akan melihat suatu kelezatan
padanya, sehingga merasa perlu mempelajarinya dan niscaya saudara akan
mendapatkan bahwa ilmu itu sebagai sarana menuju ke kampong akhirat beserta
kebahagiaannya dan sebagai media untuk bertaqarrub kepada Allah Swt., yang tidak
dapat diraihnya jika tidak dengan ilmu tersebut. Martabat yang paling tinggi
yang menjadi hak bagi manusia adalah kebahagiaan yang abadi. Dan sesuatu yang
paling utama ialah sesuatu yang mengantar kepada kebahagiaan itu. Kebahagiaan
tidak dapat dicapai tanpa melalui ilmu dan cara mengamalkannya. Kami mengutip
dari Fathiyah Hasan Sulaiman, Sistem Pendidikan Islam Versi Al Ghazali, alih
bahasa Fathurrahman May dan Syamsudin Asyrafi, yang menyatakan bahwa pangkal
kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah ilmu pengetahuan karena mencari ilmu
termasuk amal utama”. Dengan demikian tujuan pendidikan Islam adalah membina
Insan Paripurna yang taqarrub kepada Allah, bahagia di dunia dan akhirat. Tidak
dapat dilupakan pula orang yang mengikuti pendidikan akan memperoleh kelezatan
ilmu yang dipelajarinya dan kelezatan ini pula dapat mengantarkannya kepada
pembentukan Insan Paripurna.
Moh. Athiyah Al Abrasyi
dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, yang merupakan
terjemahan dari H. Bustami A. Gani & Djohar Bachry, LIS), mengemukakan
tentang tujuan pendidikan dalam satu hal yaitu fadilah/keutamaan. Para ahli
pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengajaran
bukanlah memenuhi otak anak didik dengan segala macam ilmu yang mereka ketahui,
te4tapi mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadilah (keutamaan),
membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk
suatu kehidupan yang suci seluruhnya, ikhlas dan jujur. Maka tujuan pokok dan
utama dalam pendidikan Islam adalah mendidik budi pekeerti dan pendidikan jiwa.
Dan beliau juga mengutip pendapat Al-Ghazali mengenai tujuan dari pada
pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah, bukan pangkat dan
bermegah-megahan dan janganlah hendaknya seorang pelajar itu belajar untuk
mencari pangkat, harta, menipu orang bodoh atau bermegah-megah dengan kawan.
Kemudian dalam materi
filsafat pendidikan islam yang dikarang oleh Muhammad Zen, pada hal. 26-27,
kami sempat mengutip singkat dari materi tersebut yang berisi pemaparan menurut
Dr. Omar al Taumy, yang mengatakan lebih jelasnya bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah pembinaan pribadi muslim yang berpadu pada perkembangan dari segi
spiritual, jasmani, emosi, intelektual dan sosial. Dan dikatakan lebih lanjut lagi,
bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembinaan warga negara muslim yang baik,
yang percaya kepada Tuhan dan agamanya, sehat jasmani, berimbang dalam
motivasi-motivasi, emosi dan keinginan-keinginannya, sesuai dengan dirinya dan
orang lain, bersenjatakan ilmu dan pengetahuan, memiliki alat-alatnya yang
asasi, luas pengetahuan, dan sadar akan masalah-masalah masyarakat bangsa dan
zamannya, halus perasaan seninya dan sanggup merasakan keindahan dalam segala
bentuk dan coraknya, sanggup menggunakan masa luangnya dengan bijaksana dan
berfaedah, mengetahui hak dan kewajiban-kewajibannya, memikul tanggung jawab
terhadap diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan kemanusiaan seluruhnya dengan
kesadaran, dengan keikhlasan dan kebolehan, bersedia memikul tanggung jawab
yang berkorban untuk meneguhkan dan memperkuatnya.
Abdul Fatah Jalal dalam
bukunya yang berjudul Min Usulit Tarbiyah Fil Islam yang dialihbahasakan Herry
Noer Ali pada halaman 119-122 mengelompokkan tujuan pendidikan Islam ke dalam
tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu menjadikan manusia sebagai
abdi atau hamba Allah Swat., yang senantiasa mengagungkan dan membesarkan asama
Allah Swt., dengan meneladani Rasulullah Saw, menjunjung tinggi ilmu
pengetahuan, suka mempelajari segala yang bermanfaat baginya dalam
merealisasikan tujuan yang telah digariskan oleh Allah Swt. Ringkasnya, tujuan
umum pendidikan Islam adalah membina peserta didik agar menjadi hamba yang suka
beribadah kepada Allah. Ibadah di sini tidak hanya terbatgas pada menunaikan shalat,
puasa di bulan Ramadlan, mengeluarkan zakat dan beribadah haji setelah
mengucapkan syahadat tauhid dan syahadat Rasul, tetapi mencakup segala amal,
pikiran atau perasaan manusia, selama semua dihadapkan kepada Allah Swt. Ibadah
adalah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan bahkan bagian apapun
dari perilakunya dalam mengabdikan diri kepada Allah Swt.
Sedangkan tujuan khusus
pendidikan Islam yang pertama-tama adalah mampu melaksanakan rukun Islam yang
diperintahkan oleh Allah Swt., kepada muslimin. Mereka diharuskan
mempelajarinya untuk meningkatkan ibadahnya. Ulama telah bersepakat bahwa
mempelajari agama itu wajib hukumnya bagi setiap muslimin dan muslimat.
Demikian juga berusaha mencari rejeki merupakan infak kepada keluarga dan
termasuk ibadah.
Sebagaimana pendapat di
atas, Udin Sarifuddin Winataputra dan Rustana Ardiwinata yang telah tertera
dalam materi filsafat tersebut, menyatakan bahwa tujuan pendidikan Islam
identik dengan tujuan hidup manusia. Disamping itu beliau menyetir pendapat M.
Natsir yang mengatakan bahwa menyembah Allah itu melengkapi semua ketaatan dan
ketundukan kepada semua perintah Illahi, yang membawa kepada kebesaran dunia
dan kemenangan akhirat, serta menjauhkan diri dari segala larangan-larangan
yang menghalang kemenangan tercapainya kemenangan dunia dan akhirat.
BAB III
KESIMPULAN
Menurut kelompok kami,
bisa disimpulkan lebih detailnya bahwa pendidikan Islam bersumber dari pada
enam hal, yakni AL-Qur’an, As-Sunnah, kemaslahatan umat, tradisi atau
kemaslahatan umat, tradisi atau kebiasaan masyarakat, dan ijtihad yang
merupakan dasar pokok idealnya sedang meurut dasar operasionalnya mencakup
dalam segala macam aspek yang berdasar pada historis, ekonomi, politik,
admiistrasi, psikologi, filsafat dan religius. Sedang tujuan pendidikan Islam
sendiri dibagi tiga pokok aspek yang paling terpenting yakni: tujuan filosofis,
tujuan normatif, dan tujuan fungsional yang saling berkaitan satu sama lain
yang ada kaitannya dengan peranan pendidikan islam sendiri. Untuk itulah pendidikan
haruslah menjadikan seluruh manusia yang senantiasa menghambakan diri kepada
Allah yakni beribadah kepada Allah.