KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Didalam makalah ini meliputi teori
pembelajaran behavioeristik,kognitif dan kontruktivistik
Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca, kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih banyak kekurangan,oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran pembaca,dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Amin
Malang, 13 Mei 2011
Tim
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang masalah............................
1.2 rumusan masalah
1.3 tujuan penulisan masalah..................................
BAB II
PEMBAHASAN............................................
2.1. Teori
belajar behavioristik..................................
2.2. Teori
belajar kognitif......................................
2.3. Teori
belajar kontruktivistik....................................
BAB III
PENUTUP......................................................................
3.1. Kesimpulan..................................................................
3.2.
saran............................................................................
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang masalah
1) Mutu
pendidikan selalu menjadi sorotan dari berbagai pihak. Mutu pendidikan sangat
dipengaruhi oleh mutu pembelajaran. Sebenarnya banyak teori yang telah terbukti
secara empiris dapat meningkatkan mutu pembelajaran. Salah satu di antaranya
adalah teori behavioristik. Teori ini masih relevan dengan pembelajaran
berbasis kompetensi. Pemahaman guru terhadap teori pembelajaran masih beragam
sebahagian besar guru mengajar tidak berlandaskan teori belajar tertentu.
Mereka mengajar yang penting tujuan tercapai dan pembelajaran dapat dinyatakan
tuntas.
2)
Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat,
mendapatkan informasi atau menemukan. Belajar juga merupakan proses berubahnya
tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan
lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan,
sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan
mereka mengenai proses belajar tersebut.
3)
menekankan perkembangan konsep dan pengertian yang mendalam,
pengetahuan sebagai konstruksi aktif yang dibuat siswa. Jika seseorang tidak
aktif membangun pengetahuannya, meskipun usianya tua tetap tidak akan
berkembang pengetahuannya. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan
itu berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang
sesuai.
1.2.
Rumusan masalah
1)
Apa pengertian dari teori belajar
behavioristik?
2)
Apa pengertian dari teori belajar
kognitif?
3)
Apa pengertian dari teori belajar
kontruktivitis?
1.3.
Tujuan penulisan masalah
1)
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan
pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes.
2)
merupakan suatu prosedur penataan urutan isi bidang studi
yang dikembangkan dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan
yang telah dimiliki seseorang. Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara
bertahap harus diintegrasikan dengan struktur pengetahuan yang telah
dimilikinya.
3)
pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah
bentukan (konstruksi) kita sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Teori belajar behavioristik
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut
teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan
output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada
pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus
dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena
itu apa yang diberikan oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Menurut teori
behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
apabila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk
bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi.
Menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Watson mendefinisikan belajar sebagai proses
interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud
harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui
adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar,
namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu
diperhitungkan karena tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni,
karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi
Fisika atau Biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata,
yaitu sejauh mana dapat diamati dan diukur.
1)
Analisis
Tentang Teori Behavioristik
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai
suatu proses perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang siswa dalam berperilaku. Pendidik yang masih
menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan
menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu
keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara hirarki,
dari yang sederhana sampai yang komplek .
Teori
behavioristik banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi
belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus
dan respon. Teori ini
tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan
stimulus dan respon.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat
menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki
pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa
dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,
ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui
adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang
diamati tersebut.
2) Aplikasi Teori Behavioristik dalam Kegiatan
Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar
mempengaruhi arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran
hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik
dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila
diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya siswa kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa sebagai
pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka siswa atau orang yang
belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih
dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam
belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan
disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan
dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar
atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.
Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Siswa atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan
aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar
diri siswa .
1.2. Teori Belajar Kognitif
Belajar kognitif merupakan
proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui
pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan (Hilgrad &
Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni. Belajar juga merupakan proses berubahnya
tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan
lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan,
sehingga sudah banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan
pandangan-pandangan mereka mengenai proses belajar tersebut.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses
belajar daripada hasil belajarnya. Teori ini juga menekankan bahwa
bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh konteks
situasi tersebut. Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi
komponen-komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan
makna belajar. Teori ini juga berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses
internal yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
faktor-faktor lain.
Belajar
adalah aktifitas yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses
belajar di sini antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor
eksternal) dan menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah terbentuk di
dalam pikiran seseorang (background knowledge) berdasarkan
pengalaman-pengalaman sebelumnya (faktor internal). Teori kognitif lebih
menekankan pada struktur internal pembelajar dan lebih memberi perhatian pada
bagaimana seseorang menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dari
perbendaharaan ingatan. Ada beberapa kelompok penganut teori kognitif, namun
fokus dari penganut teori ini sama yaitu pada soal bekerjanya pikiran manusia.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
1.3.Teori belajar kontruktivistik
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner.
Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang
paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar
memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan
di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan
memberi kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi
mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga yang membawa
siswa ke pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang harus
memanjat anak tangga tersebut .
Menurut Ausubel, ada dua macam proses
belajar yakni belajar bermakna dan belajar menghafal. Belajar bermakna berarti informasi
baru diasimilasikan dalam struktur pengertian lamanya. Belajar menghafal hanya
perlu bila pembelajar mendapatkan fenomena atau informasi yang sama sekali baru
dan belum ada hubungannya dalam struktur pengertian lamanya. Dengan cara
demikian, pengetahuan pembelajar selalu diperbarui dan dikonstruksikan
terus-menerus. Jelaslah bahwa teori belajar bermakna Ausubel bersifat
konstruktif karena menekankan proses asimilasi dan asosiasi fenomena,
pengalaman, dan fakta baru ke dalam konsep atau pengertian yang sudah dimiliki
siswa sebelumnya.
Berlandaskan teori Piaget dan dipengaruhi filsafat sainsnya Toulmin yang mengatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman manusia adalah perkembangan konsep secara evolutif, dengan terus manusia berani mengubah ide-idenya, Posner dkk lantas mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan teori perubahan konsep. Tahap pertama dalam perubahan konsep disebut asimilasi, yakni siswa menggunakan konsep yang sudah dimilikinya untuk menghadapi fenomena baru. Namun demikian, suatu ketika siswa dihadapkan fenomena baru yang tak bisa dipecahkan dengan pengetahuan lamanya, maka ia harus membuat perubahan konsep secara radikal, inilah yang disebut tahap akomodasi.
Tugas pendidikan adalah bagaimana dua tahap tersebut bisa terus berlangsung dengan terus memberi tantangan sehingga ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada. Praktik pendidikan yang bersifat hafalan seperti yang selama ini berlangsung jelas sudah tidak memadai lagi, bahkan bertentangan dengan hakikat pengetahuan dan proses belajar itu sendiri.
Berlandaskan teori Piaget dan dipengaruhi filsafat sainsnya Toulmin yang mengatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman manusia adalah perkembangan konsep secara evolutif, dengan terus manusia berani mengubah ide-idenya, Posner dkk lantas mengembangkan teori belajar yang dikenal dengan teori perubahan konsep. Tahap pertama dalam perubahan konsep disebut asimilasi, yakni siswa menggunakan konsep yang sudah dimilikinya untuk menghadapi fenomena baru. Namun demikian, suatu ketika siswa dihadapkan fenomena baru yang tak bisa dipecahkan dengan pengetahuan lamanya, maka ia harus membuat perubahan konsep secara radikal, inilah yang disebut tahap akomodasi.
Tugas pendidikan adalah bagaimana dua tahap tersebut bisa terus berlangsung dengan terus memberi tantangan sehingga ada ketidakpuasan terhadap konsep yang telah ada. Praktik pendidikan yang bersifat hafalan seperti yang selama ini berlangsung jelas sudah tidak memadai lagi, bahkan bertentangan dengan hakikat pengetahuan dan proses belajar itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1. SIMPULAN
Menurut Teori Behavioristik belajar merupakan akibat adanya
interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang telah dianggap belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilaku. Teori ini mengutamakan
pengukuran yang diartikan sebagai suatu hal penting untuk melihat terjadi atau
tidak terjadinya perubahan tingkah laku tersebut.Aliran behavioristik merupakan
aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi aliran pengembangan teori
dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Kelemahan
teori ini memandang bahwa dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan
ruang gerak yang bebas bagi siswa untuk berkreasi, bereksperimen dan
mengembangkan kemampuannya sendiri.
Teori
pembelajaran kognitiv lebih mementingkan proses belajar daripada hasil
belajarnya. Teori ini berpandangan bahwa belajar merupakan proses internal yang
mencakup ingatan retensi, pengolahan informasi, dan faktor lainnya.
Teori
kontruktivitis menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan nama dan merevisinya apabila aturan itu tidak sesuai.
Baik
teori behavioristik, kognitif, kontruktivitis masing-masing memiliki kelebihan
dan kekurangan yang mana dalam pengkaplikasiannya memiliki penganut sendiri.
Pendidik dengan teori yang dianutnya menyesuaikan sistem pembelajaran anak
didiknya sesuai dengan situasi dan kondisi dalam lembaga kependidikan.
3.2. SARAN-SARAN
1) Terapkanlah
suatu pembelajaran itu sebagai suatu yang efektif dalam diri seseorang, agar
suatu belajar itu menjadi suatu yang realistis dan terkesan terhadap diri seseorang
itu.
2)
tetapkanlah suatu belajar itu sebagai suatu proses terhadap diri kita, dan
tekanan untuk meningkatkan suatu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Asri
Budiningsih. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
_____________. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Mukminan,dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta.
Nana Sudjana. 1990. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Woolfolk, Anita E. dan Lorraine McCune-Nicolich. 1980. Educational Psychology for Teachers. New Jersey: Prentice-Hall Inc.
_____________. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz Media.
Mukminan,dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Yogyakarta.
Nana Sudjana. 1990. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Woolfolk, Anita E. dan Lorraine McCune-Nicolich. 1980. Educational Psychology for Teachers. New Jersey: Prentice-Hall Inc.