BAB
I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan
memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara.Pendidikan bertujuan
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung
jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Oleh karena itu setiap warga Negara berhak
untuk mendapatkan pendidikan. Seperti tercantum di dalam Undang Undang Dasar
1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional bab III ayat 5 dinyatakan bahwa setiap warganegara
mempunyai kesempatan yang sama memperoleh pendidikan.Hal ini menunjukkan bahwa
anak berkelainan berhak pula memperoleh kesempatan yang sama dengan anak
lainnya (anak normal) dalam pendidikan.
2. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah yang ada dalam makalah ini yaitu
Apakah
Defenisi dari Pendidikan ?
Apakah
Defenisi dari Ilmu ?
Apakah
yang dimaksud dengan Pendidikan sebagai Ilmu ?
Apakah
yang dimaksud dengan Pondasi Pendidikan ?
3. Tujuan
Untuk
mengetahui defenisi dari Pendidikan
Untuk
mengetahui defenisi Ilmu
Untuk
mengetahui Pendidikan sebagai Ilmu
Untuk
mengetahui Pondasi Pendidikan
4. Manfaat Penulisan
Manfaat
penulisan dalam makalah ini adalah untuk penulis dan pembaca adalah untuk
menambah ilmu pengetahuan tentang Pendidikan dan sangat pentingnya pendidikan
bagi setiap warganegara,guna memecahkan permasalahan hidup yang mereka emban.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. DEFINISI PENDIDIKAN
1.1
Definisi Awam
Definisi
awam : “Suatu cara untuk mengembangkan keterampilan, kebiasaan dan sikap-sikap
yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi warga negara yang baik”.
“Tujuannya
untuk mengembangkan atau mengubah kognisi, afeksi dan konasi seseorang”.
1.2 Menurut Kamus dan Ensiklopedi
a. Kamus Besar Bahasa Indonesia :
“pendidikann proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan;
proses, cara, pembuatan mendidik;”
b. Ensiklopedi Wikipedia: Education is a
social science that encompasses teaching and learning specific knowledge,
beliefs, and skills. The word education is derived from the Latin educare
meaning “to raise”, “to bring up”, “to train”, “to rear”, via “educatio/nis”,
bringing up, raising.
1.3 Menurut Undang-Undang
a. UU SISDIKNAS No. 2 tahun 1989 :
“Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan/latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”
b. UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003 :
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat
1.4 Menurut Bahasa (etimologi)
a. Bahasa Yunani : berasal dari kata
Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing.
Itulah sebabnya istilahpedag ogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni
mengajar anak (the art and science of teaching children).
b. Bahasa Romawi : berasal dari kata
educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak
yang dibawa waktu dilahirkan di dunia.
c. Bangsa Jerman : berasal dari kata
Erziehung yang setara dengan educare, yaitu : membangkitkan kekuatan terpendam
atau mengaktifkan kekuatan/potensi anak.
d. Bahasa Jawa : berasal dari katapanggu
lawentah (pengolahan), mengolah, mengubah kejiwaan, mematangkan perasaan,
pikiran, kemauan dan watak, mengubah kepribadian sang anak.
1.5 Menurut Para Ahli Pendidikan
a. Menurut para ahli, definisi pendidikan
adalah “Berbagai upaya dan usaha yang dilakukan orang dewasa untuk mendidik
nalar peserta didik dan mengatur moral mereka” (Warta Politeknik Negeri
Jakarta, April 2007)
b. Langefeld : Mendidik adalah membimbing
anak dalam mencapai kedewasaan
c. Heageveld : Mendidik adalah membantu
anak dalam mencapai kedewasaan
d. Bojonegoro : Mendidik adalah memeri
tuntunan kepada manusia yang belum dewasa dalam pertumbuhan dan perkembangannya
sampai tercapai kedewasaan
e. Ki Hajar Dewantara mengartikan
pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran serta
jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.
f. Rosseau : Mendidik adalah memberikan
pembekalan yang tidak ada pada masa anak-anak, tapi dibutuhkan pada masa
dewasa.
g. Darmaningtyas mengatakan tentang difinisi
pendidikan yaitu pendidikan sebagai usaha dasar dan sistematis untuk mencapai
taraf hidup dan kemajuan yang ledih baik.
1.6 Definisi menurut ilmu psikologi
Definisi
psikologi : “Mencakup segala bentuk aktivitas yang akan memudahkan dalam
kehidupan bermasyarakat” dengan hasil : “Mencakup segala perubahan yang terjadi
sebagai konsekuensi atau akibat dari partisipasi individu dalam kegiatan
belajar.
Untuk
mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah
memiliki rumusan formal dan
operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS, yakni:
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
2. DEFENISI ILMU
ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana
dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum. (Nazir,
1988)
konsepsi
ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal, yaitu adanya rasionalitas, dapat digeneralisasi
dan dapat disistematisasi (Shapere, 1974)
pengertian
ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif dan konsistensi dengan
realitas sosial (Schulz, 1962)
Definisi
ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum sebab-akibat dalam
suatu golongan masalah yang sama sifatnya, baik menurut kedudukannya (apabila
dilihat dari luar), maupun menurut hubungannya (jika dilihat dari dalam).
(Mohammad Hatta)
Definisi
ilmu dapat dimaknai sebagai akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan ——-Suatu
pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris.Ilmu dapat
diamati panca indera manusia ——- Suatu cara menganalisis yang mengizinkan
kepada para ahlinya untuk menyatakan suatu proposisi dalam bentuk:
“jika,…maka…” (Harsojo, Guru Besar Antropolog, Universitas Pajajaran)
2.1
SYARAT-SYARAT ILMU
Suatu
pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi
persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
ilmu
mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam
(kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Lorens Bagus (1996)
menjelaskan bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek
material dan obyek formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak
ilmu. Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap
ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek
material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
ilmu
mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan
teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode ilmiah. Dalam hal
ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode ilmiah boleh dikatakan
merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh
pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh
interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak
untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan
kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan bahwa metode ilmiah adalah cara
menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan dan penjelasan
kebenaran. Sedangkan Ostle (1975) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya
pada bagian lain Moh. Nazir mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam
perspektif penelitian kuantitatif, diantaranya: (a) berdasarkan fakta, (b)
bebas dari prasangka, (c) menggunakan prinsip-prinsip analisa, (d) menggunakan
hipotesa, (e) menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi.
Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan kualitatif.
Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam penelitian
kualitatif, diantaranya : (a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural
setting, (b) peneliti sebagai instrumen penelitian, (c) sangat deskriptif, (d)
mementingkan proses maupun produk, (e) mencari makna, (f) mengutamakan data
langsung, (g) triangulasi, (h) menonjolkan rincian kontekstual, (h) subyek yang
diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti, (i) verifikasi, (j)
sampling yang purposif, (k) menggunakan audit trail, (l)partisipatipatif tanpa
mengganggu, (m) mengadakan analisis sejak awal penelitian, (n) disain
penelitian tampil dalam proses penelitian.
Pokok
permasalahan(subject matter atau focus of interest). ilmu mensyaratkan adanya
pokok permasalahan yang akan dikaji.
2.2
KARAKTERISTIK ILMU
Ilmu
mempunyai beberapa karakteristik, adapun karakteristik ilmu menurut beberapa
pakar ilmu dapat diuraikan sebagai berikut
:
2.2.1 Randall dan Buchker (1942)
mengemukakan
beberapa ciri umum ilmu diantaranya :
Hasil
ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama.
Hasil
ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan karena yang
menyelidiki adalah manusia.
Ilmu
bersifat obyektif, artinya prosedur kerja atau cara penggunaan metode ilmu
tidak tergantung kepada yang menggunakan, tidak tergantung pada pemahaman
secara pribadi.
2.2.2 Ernest van den Haag (Harsojo, 1977)
Mengemukakan
ciri-ciri ilmu, yaitu :
a.
Bersifat rasional, karena hasil dari proses berpikir dengan menggunakan akal
(rasio).
b.
Bersifat empiris, karena ilmu diperoleh dari dan sekitar pengalaman oleh panca
indera.
c.
Bersifat umum, hasil ilmu dapat dipergunakan oleh manusia tanpa terkecuali.
d.
Bersifat akumulatif, hasil ilmu dapat dipergunakan untuk dijadikan objek
penelitian selanjutnya.
2.2.3 Ismaun (2001)
Mengetengahkan
sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai berikut :
Obyektif;
ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak berdasarkan
pada emosional subyektif,
Koheren;
pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan;
Reliable;
produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat
keterandalan (reabilitas) tinggi,
Valid;
produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur dengan tingkat
keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun eksternal,
Memiliki
generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum,
Akurat;
penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi, dan
Dapat
melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
3. PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
Adapun
pengertian pendidikan sebagai ilmu menurut para pakar adalah sebagai berikut :
S.
Brojonegoro, ilmu pendidikan yaitu teori pendidikan, perenungan tentang
pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu pengetahuan yang
mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Carter
V. Good, suatu bangunan yang sistematis mengenai aspek-aspek kuantitatif,
objektif dan proses belajar, menggunakan instrument secara seksama dalam
mengajukan hipotesis-hipotesis pendidikan untuk diuji dan pengalaman seringkali
dalam eksperimental.
Imam
Barnadib, ilmu yang membicarkan masalah-masalah umum pendidikan secara
menyeluruh dan abstrak. Ilmu pendidikan bercorak teoritis dan bersifat praktis.
Driyarkara,
pemikiran ilmiah yang bersifat kritis, metodis, dan sistematis tentang realitas
yang disebut pendidikan.
3.1. Persyaratan Pendidikan Sebagai Ilmu
Suatu
kawasan studi dapat tampil sebagai disiplin ilmu, bila memenuhi syarat-syarat :
3.1.1 Memiliki objek studi (formal dan material)
Objek
material ilmu pendidikan adalah perilaku manusia. Objek formalnya adalah
menelaah fenomena pendidikan dalam perspektif yang luas dan integrative.
3.1.2 Memiliki sistematika
Sistematika
ilmu pendidikan dibedakan menjadi 3 bagian yaitu,
(1) Pendidikan sebagai gejala manusiawi, dapat
dianalisis yaitu adanya komponen pendidikan yang saling berinteraksi dalam
suatu rangkaian keseluruhan untuk mencapai tujuan.
Komponen
pendidikan itu adalah :
(a) tujuan pendidikan,
(b) peserta didik,
(c) pendidik,
(d) isi pendidikan,
(e) metode pendidikan,
(f) alat pendidikan,
(g) lingkungan pendidikan.
(2) Pendidikan sebagai upaya sadar untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia. Menurut Noeng Muhadjir
sistematika ini bertolak dari fungsi pendidikan, yaitu : (a) menumbuhkan
kreatifitas peserta didik, (b) menjaga lestarinya nilai insani dan nilai ilahi,
(c) menyiapkan tenaga produktif.
(3) Pendidikan sebagai gejala manusiawi. Menurut
Mochtar Buchori ilmu pendidikan mempunyai 3 dimensi : (1) dimensi lingkungan
pendidikan, (2) dimensi jenis-jenis persoalan pendidikan, (3) dimensi waktu dan
ruang.
3.1.3 Memiliki metode
Memliki
metode-metode dalam ilmu pendidikan :
(1) Metode normative, berkenaan dengan konsep
manusiawi yang diidealkan yang ingin dicapai.
(2) Metode eksplanatori, berkenaan dengan
pertanyaan kondisi, dan kekauatan apa yang membuat suatu proses pendidikan
berhasil.
(3) Metode teknologis, berkenaan dengan
bagaimana melakukannya dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
(4) Metode deskriptif, fenomenologis mencoba
menguraikan kenyataan-kenyataan pendidikan dan lalu mengklasifikasikannya.
(5) Metode hermeneutis, untuk memahami
kenyataan pendidikan yang konkrit dan historis untuk menjelaskan makna dan
struktur dan kegiatan pendidikan.
(6) Metode analisis kritis, menganalisis
secara kritis tentang istilah, pernyataan, konsep, dan teori yang ada dalam
pendidikan.
3.2 Sifat-Sifat Ilmu Pendidikan
Empiris,
karena objeknya dijumpai dalam dunia pengalaman.
Rokhaniah,
karena situasi pendidikan berdasar atas tujuan manusia tidak membiarkan pesrta
didik kepada keadaan alamnya.
Normatif,
karena berdasar atas pemilihan antara yang baik dan yang buruk. Ilmu pendidikan
itu selalu berurusan dengan soal siapakah “manusia” itu. Pembahasan mengenai
siapakah manusia itu biasanya termask bidang filsafat, yaitu filsafat
antropologi. Pandangan filsafat tentang manusia sangat besar pengaruhnya
terhadap konsep serta praktik-praktik pendidikan. Karena pandangan filsafat itu
menentukan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh seorang pendidik atau
suatu bangsa yang melakukan pendidikan.
Histories,
karena memberikan uraian teoritis tentang sitem-sistem pendidikan sepanjang
jaman dengan mengingat latar belakang kebudayaan dan filsafat yang berpengaruh
pada jaman tertentu.
Teoritis
dan Praktis, Dalam ilmu mendidik teoritis para cerdik pandai mengatur dan
mensistemkan di dalam swapikirnya masalah yang tersusun sebagai pola pemikiran
pendidikan. Jadi dari praktik-praktik pendidikan disusun pemikiran-pemikiran
secara teoritis. Pemikiran-pemikiran teoritis inilah yang disusun dalam satu
system pendidikan yang biasa disebut Ilmu Mendidik Teoritis.
Terdapat
hubungan antara ilmu mendidik teoritis, sistematiss dan histories. Apa sajakah
yang dapat disumbangkan sejarah pendidikan bagi teori pendidikan maupun praktik
pendidikan?. Meskipun ilmu mendidik sistematis mendahului ilmu mendidik
histories, akan tetapi ilmu mendidik histories juga memberikan bantuan dan
memperkaya ilmu mendidik sistematis.
Selanjutnya
adalah bagaimana hubungan antara ilmu mendidik histories dan ilmu mendidik
praktis. Seorang maha guru ilmu mendidik JM. Guning berkata : teori tanpa
praktek adalah baik pada human cerdik cendikiawan dan praktek tanpa teori hanya
terdapat pada orang gila dan penjahat – penjahat namun alangkah lebih
sempurnanya ilmu pendidikan itu dilakukan dengan cara teori dan praktek secara
bersama-sama.
Untuk
lebih memahami bahwa ilmu pendidikan itu adalah yang memerlukan pemikiran yang
teoritis , adalah bahwa setiap pendidik memerlukan kritik- kritik sumbangan
pemikiran dari para ahli atau orang lain, ia dapat belajar dari catatan-catatan
kritik saran dari orang lain, yang pada akhirnya dapat dikatakan bahwa ia
belajar berdasarkan teori.
3.3 Pengembangan Pendidikan
Menurut
Van Cleve Morris, fondasi pendidikan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Fondasi histories dan filosofis tentang
pendidikan,
Sejarawan
ingin mengetahui bagaimana kita sampai disini. Filsuf pendidikan ingin
mengetahui bagaimana manusia memikirkan kehidupan secara keseluruhan akhirnya
sejarawan dan filsuf pendidikan berpendapat bahwa tidak ada guru yang
mengetahui apa yang sedang ia perbuat jika ia tidak dapat melihat pekerjaan
profesionalnya dalam konteks suatu lingkungan masa sekarang mengenal ideologi
pendidikan yang berkompetisi.
b. Fondasi sosiologis dan psikologis.
Ahli
sosilogi pendidikan ingin mengetahui bagaimana dampak masyarakat pada
pertumbuhan anak. Ahli psikologi pendidikan ingin mengetahui apa yang terjadi
apabila belajar terjadi dan apa yang harus dilakukan untuk menjadikan belajar
terjadi setiap hari. Akhirnya ahli sosiologi dan psikologi pendidikan
berpendapat bahwa tidak ada guru yang mengetahui apa yang sedang ia perbuat
jika ia tidak dapat mengenal seberapa banyak anak belajar dan orang lain selain
guru, dan memahami teori-teori belajar yang pokok dimana pengajaran modern
didasarkan.
4. PONDASI PENDIDIKAN
Pendidikan
sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa
ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem
pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah
”process leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu
upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke
taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.
Pendidikan
tidak hanya dipandang kegiatan investasi untuk masa depan, namun harus
berbicara sampai sejauh mana mampu memberikan kontribusi positif bagi
penyelesaian permasalahan kekiniaan. Masa lampau menjadi pondasi dasar untuk
pijakan bagi pengembangan selanjutnya. Sehingga dengan istilah lain dasar
pengembangan pendidikan berpijak pada akar historis, akar filosofis, akar
sosiologis dan akar psikologis. Dasar pengembangan atau lebih dikenal dengan
fondasi-fondasi pendidikan yang merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar
yang melandasi pencarian kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang
berharga dan efektif. Prinsip-prinsip ini adalah dasar dibangunnya rumah
pendidikan. Jika dasar itu adalah substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan
akan kuat, dan sebaliknya
Dasar
pengembangan atau lebih dikenal dengan fondasi-fondasi pendidikan yang
merupakan fakta-fakta dan prinsip-prinsip dasar yang melandasi pencarian
kebijakan-kebijakan dan praktik pendidikan yang berharga dan efektif. Prinsip-prinsip
ini adalah dasar dibangunnya rumah pendidikan. Jika dasar itu adalah
substansial, sandaran dari struktur itu kemungkinan akan kuat, dan sebaliknya.
(Sanford W. Reitman, 1977).
4.1 Pondasi Historis
mengandung
beberapa substansi, yaitu : 1. Membimbing untuk menilai ide-ide yang masih
survive dari masa lampau dan mendorong kita untuk menolak ide-ide yang sudah
tidak sesuai, 2. Membantu kita untuk menjadi ”intelligent thinking educational
workers”, 3. Membantu untuk memilih tujuan, isi pendidikan, dan proses
pendidikan modern, 4. Memberikan bahan-bahan untuk pemikiran pendidikan secara
kreatif, 5. Menstimulasi kita untuk melengkapi karya para tokoh besar dan
melaksanakan ide–ide mereka sesuai dengan kondisi sekarang, 6. Mengembangkan
sikap yang berharga seperti kerendahan hati dan kesabaran, 7. Memberikan
pengetahuan yang berharga tentang perkembangan peradaban, 8. Sebagai pendekatan
yang baik untuk studi tentang prinsip-prinsip pembaharuan social, industri dan
politik. (Elmer Harrison Wilds, 1957).
4.2 Pondasi Filosofis
memberikan
makna bahwa hakekat pendidikan adalah proses pengembangan seluruh potensi
kemanusiaan baik fisik-jasmaniahnya maupun psikhis-roklhaniahnya kearah yang
lebih sempurna, lebih baik dan lebih bijaksana. Pendidikan itu upaya untuk
memerdekakan manusia dalam arti bahwa manusia menjadi manusia yang mandiri,
agar tidak tergantung kepada orang lain. Kemerdekaan terdiri dari mandiri,
berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain dan megatur dirinya sendiri.
Pendidikan berarti pula sebagai daya upaya untuk memajukan pengembangan budi
pekerti (kekuatan batin), fikiran (“intellect”) dan jasmani. Maksudnya ialah
supaya kita dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan dan penghidupan
peserta didik, selaras dengan alamnya dan masyarakatnya.(Ki Hajar Dewantara
1956)
4.3 Pondasi sosiologis
memberikan
beberapa makna bagi pengembangan pendidikan, yakni :
Apresiasi
terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat,
Pengakuan
terhadap harkat manusia dan hak asasi manusia,
Pengembangan
tanggungjawab masyarakat dunia
Pengembangan
tanggungjawab manusia terhadap planet bumi.(Tilaar, 2003)
Peran
pendidikan dipahami bukan saja dalam konteks mikro (kepentingan anak didik
melalui proses interaksi pendidikan) melainkan juga dalam konteks makro, yaitu
kepentingan masyarakat bangsa, negara dan kemanusiaan. Hubungan antara
pendidikan dan masyarakat berarti mencakup hubungan pendidikan dengan perubahan
sosial, tatanan ekonomi, politik dan negara. Maka dituntut mampu memperhitungkan
dan melakukan antisipasi perkembangan sosial, ekonomi, politik secara simultan.
Peserta didik dipandang sebagai orang yang merupakan bagian dari masyarakat,
sehingga proses pendidikan harus memiliki orientasi terhadap masyarakat.
Pendidikan adalah sebuah proses sosial bagi orang yang belum maupun sudah
dewasa untuk menjadi bagian aktif dan partisipatif dalam masyarakat.
4.4 Pondasi Psikologis
mengandung
beberapa dimensi. Perkembangan manusia dialami sepanjang rentang kehidupan
manusia, dimulai sejak terjadinya konsepsi sampai saat bayi dilahirkan (masa
prenatal), masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa
remaja, masa dewasa dini, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Tiap-tiap
tahap perkembangan memiliki karakteristik perilaku yang berbeda satu sama lain,
dan masing-masing karakteristik perkembangan masih dibedakan berdasar tinjauan
dari aspek fisik, kognitif, dan sosial emosional. Para pendidik perlu memahami
karakteristik perkembangan diri peserta didiknya, agar pendidikan yang
diberikan dapat disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangannya.
Pengejawantahan
fondasi-fondasi pendidikan menjadi
fondasi dasar pengembangan pendidikan yang di teruskan pada konteks aksi riel
di dunia nyata pendidikan memerlukan pemikiran yang mendalam dan komprehensif.
Pada praktiknya, program pendidikan harus senantiasa dikawal dan dikembalikan
pada empat akar pendidikan diatas.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.
Ilmu
adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana
dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum.
Pendidikan
sebagai ilmu yaitu teori pendidikan,
perenungan tentang pendidikan, dalam arti luas ilmu pendidikan yaitu ilmu
pengetahuan yang mempelajari soal-soal yang timbul dalam praktek pendidikan.
Pendidikan
sebagai fenomena yang melekat dalam kehidupan manusia, di dalamnya senantiasa
ada upaya yang bertujuan untuk memanusiakan manusia itu sendiri, sistem
pendidikan bertujuan ”to improve as a man”. Pendidikan pada hakekatnya adalah
”process leading to the enlightement of mankind” . Pendidikan merupakan suatu
upaya mengembangkan atau mengaktualisasikan seluruh potensi kemanusiaan ke
taraf yang lebih baik dan lebih sempurna.
2. Saran
Saran
yang bisa diambil dari makalah ini adalah tetap terus tingkatkan pendidikan
kita,tetap semangat meski dalam kenyataan,negara kita tertinggal akan tingkat
pendidikannya.Namun jangan juga menganggap bahwa negara kita tidak akan pernah
maju dengan tingkat pendidikan yang rendah,akan tetapi yakinlah,perlahan negara
kita menuju ke keadaan yang lebih baik.
DAFTAR
PUSTAKA
akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-definisi-pendidikan-
menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sisdiknas/
blog.unsri.ac.id/riski02/pengantar-pendidikan-/karateristik-ilmu-pendidikan-sebagai-disiplin-
ilmu-pondasi-ilmu-/mrdetail/14738/
gudangmateri.com/2010/07/pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan.html
id.amma06.blogspot.com/2009/07/definisi-ilmu.html
id.shvoong.com/books/2083263-definisi-ilmu/
id.shvoong.com/books/2083263-definisi-ilmu/#ixzz1NF83OyH5
id.wanipintar.blogspot.com/…/definisi-pendidikan-secara-umum.html
ilmu1set.blogspot.com/2010/06/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu.html
scribd.com/doc/7592955/Definisi-Pendidikan
tristiono.wordpress.com/2009/03/16/ilmu-pendidikan-sebagai-ilmu-pengetahuan/