Islam
termasuk agama yang begituserius memperhatikan persoalan pendidikan,karena
pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan perjalanan panjang
sejarahanak manusia.Tanpa pendidikan tentu sebagai manusia kita tidak bisa
menjalankan fungsi kekhalifahan yang telah diamanatkan. Rasanya sangat
berlawanan dengan logika sehat jika Tuhan menjadikan manusia sebagai khalifah
di muka bumi dengan tujuan bagaimana nantinya manusia bisa mengelola sumberdaya
yang ada, menciptakan keadilan, kedamaian serta kesejahteraan, tapi di sisi
lain Tuhan sendiri melalui ajaran agamanya tidak mendorong manusia untuk
belajar bagaimana mewujudkan misi itu. Oleh karena itu, dalam tulisan ini
penulis akan mencoba melihat seperti apa Tuhan memberikan sinyal tentang
urgennya sebuah pendidikan bagi manusia,kemudian apakah sinyal pendidikan yang
diberikan itu memang terdapat dikotomi-dikotomi pengetahuan sebagaimana umumnya
orang pahami.
Sejak
pertama Islam diproklamirkan di penjuru Arabia (610 M), manusia telah
diperintahkan untuk membaca (Iqra’). Kalau dilihat kenyataan masyarakat ketika
itu, sewaktu ayat ini pertama kali diturunkan sedikit terasa aneh, karena pola
dan gaya serta pemahaman hidupnya masih terlihat primitif. Tapi itulah
perhitungan Tuhan yang menghadirkan sebuah perintah (ajaran) bukan hanya untuk
dimensi sewaktu itu saja tapi dimensi yang menembus ruang dan waktu. Disini
mengandung makna bahwa Islam merupakan ajaran dahulu dan masa depan yang
sekaligus menginginkan pemeluknya untuk bersikap lebih berorientasi kemasa
depan. Dari semangat ini begitu jelas terlihat dalam ayat pertama turunya itu
Iqra’ (Bacalah), dengan membaca berarti pemeluknya telah membuka jendela dunia.
Membaca
(belajar) yang dimaksud disini bukanlah membaca yang tidak memiliki tujuan,
atau tujuannya hanya sebatas mengejar kesejahteraan dunia semata. Tapi juga
pada dimensi ukhrawi yaitu alam yang tinggi yang lebih pasti dan menjanjikan
keabadian. Oleh sebab itu dari perintah membaca (belajar)yang diserukan
AlQur'an adalah beRtujuan untuk meraih kebaikan yang bersifat lebih lengkap
yaitu di ruang dunia dan akhirat. (Qs. al-Qashashayat 77).
Bicara
konsep pendidika Islam, dalam AlQur'an surat Al Alaq ayat 1-5 sesungguhnya
telah menjadi titik sentral dalam melandasi semangat itu. Menurut Quraisy
Shihab, ayat 1 surat Al-Alaq memerintahkan Nabi Muhammad dan umatnya untuk
membaca. Kata ”Iqra” meniscayakan umat untuk membaca (belajar), yaitu termasuk
kegiatan mengumpulkan data, meneliti, menganalisa dan sebagainya. Oleh karena
itu membaca yang diperintahkan Tuhan bukan hanya sekedar membaca teks-teks
tertulis sepertihalnya membaca Al-Qur’an di saat Ramadhan, tetapi membaca
dengan cara yang lebih subtansi yaitu semua jagat raya yang disebut dengan
alam. Kata “alam” seakar kata dengan “alamat”, alamat berarti tanda, jadi
esensi alam ini adalah tanda-tanda (ayat-ayat) Tuhan yang Maha Agung yang harus
dibaca dan dikembangkan.
Dari
penggalan ayat pertama telah secara jelas memerintahkan agar manusia belajar,
disini dapat dipahami bahwa ilmu yang diperintahkan Tuhan untuk dipelajari
adalah jagat raya, tidak terbatas pada ilmu fiqh, tasawuf,nahwu dan syaraf
semata tapi semua alam, mempelajari alam sesungguhnya adalah juga mempelajari
ilmu agama (ayat Allah). Quraisy Shihab dalam buku Membumikan AlQur'an
menjelaskan bahwa kata perintah “Iqra” diayat pertama itu tidak memiliki objek
(maf’ulbih). Padahal kata itu meniscayakan adanya objek(maf’ul)karena kata
kerja yang menghendaki adanya obyek(mutaaddi), menurutnya, hal itu menunjukkan
obyek yang bersifat umum.Artinya, pelajarilah apapun yang bisa kamu
pelajari.Tidak hanya teks tertulis, tapi juga yang tak tertulis.
Lanjutan
ayat 1 surat al-Alaq itu bicara tentang tujuan pendidikan Islam. “Dengan
menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (bismirabbikaallazikhalaq). Ayat ini
kalau dianalisa lebih dalam menuntun kita menjadikan aktivitas belajar sebagai
sarana mengenal Tuhan. Oleh karena itu pendidikan Islam memiliki tujuan yang
mulia yaitu mengenal, mendekat, dan mengabdi kepada-Nya.Bukan seperti konsep
pendidikan yang sekular sebagaimana yang digemborkan negara Barat, pendidikan
yang hanya berorientasi meraih keuntungan dunia semata tapi di sisi lain tidak
menghiraukan nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan.
Dengan
demikian dapat dipahami bahwa pendidikan Islam dimulai dengan
mentranspormasikan nilai-nilai tauhid kepada umatnya, dalam sistematikanya
yaitu Mengenal Allah (ilmutauhid) meniscayakan mengetahui cara untuk mengabdi
kepada-Nya (fikih) dan juga meniscayakan mengetahui bagaimana menjaga keimanan
dan amal itu (akhlak).Setelahitu agama mempersilahkan apapun yang mau
dipelajari asalkan itu bermanfaat Untuk kemanusiaan yang sekaligus menjalankan
konsekuensinya sebagai khalifah di muka bumi.
Memahami
kebutuhan zaman dimana kita berada, dengan memfokuskan diri hanya sebatas pada
ilmU fiqih, tasawuf, dan sejenisnya tentu belum selengkap sebagaimana yang
diharapkan Tuhan. Karena fungsi khalifah yang diamanatkan itu bukan hanya
sebatas mengabdi dalam bentuk ibadah ritual semata, tapi bagaimana tiap kita
bisa melakukan segala aktivitas yang ada atas namaTuhan (zikrullah),
termasukmengembangkan alam raya dan isinya. dan yang tak kalah penting adalah
bagaimana manusia bisa mengolah ciptaan Tuhan yang masih mentah ini menjadi
bahaN jadi agar bernilai guna buat kelangsungan hidup anak manusia di muka
bumi. Semua ini akan terwujud secara hakiki ketika kita memahami Tuhan dan alam
adalah satu-kesatuan yang tak terpisahkan, sehingga selaku manusia kita tidak
hanya berorientasi terhadap dunia semata tapi jugaa khirat yang pasti kekal dan
abadi.